Polisi Thailand Temukan Jejak Sianida di Cangkir 6 WNA yang Meninggal Dunia

Polisi Thailand bersiaga di depan sebuah hotel di Bangkok tempat ditemukannya enam jasad WNA, 16 Juli 2024. (EPA)

Polisi Thailand Temukan Jejak Sianida di Cangkir 6 WNA yang Meninggal Dunia

Marcheilla Ariesta • 17 July 2024 15:59

Bangkok: Kepala divisi forensik kepolisian Thailand mengatakan, polisi telah menemukan jejak sianida dalam cangkir enam orang yang ditemukan tewas di sebuah hotel mewah di pusat kota Bangkok. Mayat-mayat itu ditemukan pada Selasa malam di Hotel Grand Hyatt Erawan di pusat kota Bangkok.

Setelah memeriksa catatan hotel, tidak ada pengunjung lain di kamar tersebut selain enam orang yang ditemukan. Mereka terakhir terlihat hidup ketika makanan diantar ke kamar pada Senin sore.

Letjen Trairong Piwpan, kepala divisi forensik kepolisian Thailand mengatakan, ada jejak sianida di dalam cangkir dan termos yang ditemukan polisi di ruangan itu, namun hasil awal otopsi diperkirakan akan keluar pada Kamis besok.

Sementara itu, Kepala Polisi Bangkok Letjen Thiti Sangsawang mengidentifikasi korban tewas adalah dua orang Amerika keturunan Vietnam dan empat warga negara Vietnam, dan mengatakan ada tiga laki-laki dan tiga perempuan.

“Dugaan motif tindakan mematikan tersebut mungkin adalah tentang uang yang diinvestasikan oleh sepasang suami istri, yang merasa uang tersebut tidak digunakan dengan benar,” kata Noppasin Punsawat, wakil kepala polisi Bangkok, dikutip dari Toronto Star, Rabu, 17 Juli 2024.

Kedutaan Besar Vietnam dan Amerika Serikat telah dihubungi mengenai kematian tersebut. Perdana Menteri Srettha Thavisin mengatakan, FBI Amerika terlibat dalam penyelidikan.

Ketika ditanya apakah berita tersebut akan mempengaruhi konferensi dengan Menteri Energi Rusia di hotel hari ini, Srettha mengatakan kemungkinannya kecil.

“Ini bukan tindakan terorisme atau pelanggaran keamanan, semuanya baik-baik saja,” sambung Srettha.

Pada 2023, negara ini diguncang oleh laporan seorang pembunuh berantai yang meracuni 15 orang dengan sianida. Sararat Rangsiwuthaporn, atau “Am Cyanide” begitu dia kemudian dipanggil, meracuni 15 orang yang berhutang uang padanya dan menjadi pembunuh berantai perempuan pertama di negara itu.

Srettha mengatakan, kasus tersebut tampaknya bersifat pribadi dan tidak akan berdampak pada keselamatan wisatawan.

Trairong mengatakan, bunuh diri massal tidak mungkin terjadi karena beberapa korban telah mengatur hal-hal di masa depan untuk perjalanan mereka, seperti pemandu dan supir.

Dia menambahkan, jenazah-jenazah tersebut tidak dikelompokkan di tempat yang sama, ada yang di kamar tidur, ada yang di ruang tamu. Hal itu menunjukkan, mereka tidak dengan sadar mengonsumsi racun dan menunggu kematian mereka bersama-sama.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)