Pencarian korban hilang di Sukabumi. (IST)
Benny Bastiandi • 10 December 2024 18:22
Cianjur: Status tanggap darurat bencana di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, diperpanjang hingga 17 Desember 2024. Sejumlah faktor menjadi pertimbangan.
Sekretaris Daerah Kabupaten Sukabumi, Ade Suryaman, mengatakan beberapa faktor pertimbangan itu salah satunya curah hujan yang masih cukup tinggi. Sehingga, dikhawatirkan akan memicu potensi bencana susulan.
"Hasil kesepakatan bersama, kami Pemkab Sukabumi memutuskan memperpanjang status tanggap darurat bencana," kata Ade usai memimpin rapat koordinasi tanggap darurat bencana dalam rangka evaluasi penanganan bencana di Pendopo Kabupaten Sukabumi, Selasa, 10 Desember 2024.
Faktor lain yang jadi pertimbangan ialah masih ada dua korban hilang yang belum ditemukan. Hingga kini, upaya pencarian masih dilakukan tim SAR gabungan.
"Jumlah pengungsi juga terus bertambah," ungkap dia.
Pascabencana hidrometeorologi basah yang terjadi masif di Kabupaten Sukabumi pada Rabu, 4 Desember 2024, pemerintah daerah setempat langsung menetapkan status tanggap darurat. Penetapannya berlaku selama tujuh hari terhitung 4-11 Desember 2024.
"Sesuai aturan dan ketentuan, status tanggap darurat bencana bisa diperpanjang selama tujuh hari. Untuk perpanjangan berlaku mulai 11-17 Desember 2024," tegas Ade.
Ade menginstruksikan para camat, terutama di 39 kecamatan terdampak bencana untuk terus memonitor kondisi di lapangan. Terutama kondisi para pengungsi maupun distribusi pasokan kebutuhan logistik.
"Laporkan sekecil apapun perkembangan kondisi di lapangan. Laporkan kebutuhan para warga, terutama para pengungsi," pungkasnya.
Data sementara pascabencana di Kabupaten Sukabumi pada Rabu, 4 Desember 2024, cuaca ekstrem mengakibatkan 158 desa tersebar di 39 kecamatan terdampak. Bencananya meliputi tanah longsor di 147 titik, 79 titik banjir, 25 titik angin kencang, dan 84 titik pergerakan tanah.
Akibat bencana itu, sebanyak 3.252 kepala keluarga (KK) terdampak. Kemudian 892 KK mengungsi, dan 440 KK terancam. Sebanyak 10 jiwa ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, sedangkan 2 orang masih dalam pencarian.
Sebanyak 628 rumah kondisinya rusak berat, 360 rusak sedang, 603 rusak ringan, 347 rusak terancam, dan 1.080 rumah terendam. Sementara kerusakan infrastruktur meliputi 29 jembatan, 8 TPT, 11 saluran air, 8 tempat ibadah, 13 sekolah, dan 15 bangunan lain. Sedangkan kerusakan infrastruktur jalan terjadi di 58 titik dan areal sawah yang terdampak seluas 47 hektare.