Berbeda dengan Sektor Jasa, Aktivitas Manufaktur Jepang Masih Berkontraksi

Ekonomi Jepang. Foto: Unsplash.

Berbeda dengan Sektor Jasa, Aktivitas Manufaktur Jepang Masih Berkontraksi

Arif Wicaksono • 22 August 2024 16:03

Tokyo: Aktivitas pabrik di Jepang masih dalam level kontraksi pada Agustus 2024. Aktivitas pabrik manufaktur masih melemah berhadapan dengan kenaikan di sektor jasa.

PMI komposit Jepang awal au Jibun Bank, yang menggabungkan aktivitas sektor manufaktur dan jasa, tumbuh menjadi 53,0 pada Agustus, level terkuat sejak Mei 2023, dari 52,5 pada Juli.
Namun, Indeks manajer pembelian manufaktur (PMI) au Jibun Bank flash Jepang naik menjadi 49,5 di Agustus dari 49,1 di Juli. Indeks tersebut tetap berada di bawah ambang batas 50,0 yang memisahkan pertumbuhan dan kontraksi selama dua bulan berturut-turut.
 

Baca juga: BOJ Diprediksi Bakal Menaikkan Suku Bunga Lagi


“Tren permintaan berbeda karena peningkatan yang kuat dalam bisnis baru jasa, kontras dengan lemahnya kondisi permintaan di sektor produksi barang, dan hal ini patut untuk dipantau,” kata Economics Associate Director di S&P Global Market Intelligence Jingyi Pan, dilansir Channel News Asia, Kamis, 22 Agustus 2024.

Subindeks untuk pesanan baru mengalami kontraksi lebih lambat di Agustus, sementara subindeks untuk output meningkat karena kapasitas tenaga kerja yang lebih tinggi membantu menyelesaikan tumpukan pesanan di sektor manufaktur.

Inflasi harga output mereda pada Agustus karena produsen ragu-ragu untuk menaikkan harga jual, meskipun biaya input rata-rata naik pada laju tercepat sejak April 2023, yang menunjukkan tekanan masih terus berlanjut.

Layanan jasa meningkat

PMI layanan awal au Jibun Bank tumbuh menjadi 54,0 di Agustus dari 53,7 di Juli. Masuknya bisnis baru yang kuat termasuk bisnis ekspor membantu peningkatan aktivitas bisnis jasa.

Survei tersebut dilakukan setelah Reuters Tankan menunjukkan pekan lalu bahwa pabrikan Jepang menjadi kurang percaya diri terhadap kondisi bisnis pada Agustus sementara dorongan sektor jasa mereda karena lemahnya permintaan dari Tiongkok. Perekonomian Jepang berkembang pada kuartal kedua, bangkit dari keterpurukan pada awal tahun berkat peningkatan konsumsi dan belanja modal.

Sebuah survei bisnis menunjukan sektor jasa menunjukkan kondisi yang optimis di beberapa industri. Namun, meningkatnya tekanan harga dan keterbatasan tenaga kerja terus menjadi kekhawatiran bagi perusahaan-perusahaan Jepang, khususnya di sektor jasa.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)