Program Kamp Baca dalam INOVASI menargetkan peningkatan kemampuan baca di SD Kupang. (Medcom.id/Harianty)
Harianty • 29 June 2024 10:22
Kupang: Literasi yang rendah masih menjadi kendala pembelajaran bagi siswa Sekolah Dasar di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Untuk membantu mengatasinya, Kemitraan Indonesia dan Australia menyepakati kemitraan "INOVASI" (Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia).
"Permasalahan di Kabupaten Kupang rata-rata berhubungan dengan literasi dan numerasi. Kami masih menemukan kesatuan pendidikan berwarna merah," ungkap Dr. Eliazer Teuf, S.Pd, M.Pd. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kupang, NTT saat kunjungan media pada Rabu, 26 Juni 2024.
Program "Reading Camp" (Kamp Baca) yang dilaksanakan INOVASI yang bermitra dengan Yayasan Taman Bacaan Pelangi adalah salah satu strategi untuk mempercepat pembelajaran literasi, khususnya di Kupang. Program ini mendorong penggunaan buku-buku anak untuk menumbuhkan budaya membaca.
INOVASI sendiri merupakan program kemitraan antara Pemerintah Australia dan Pemerintah Indonesia yang dipimpin oleh Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Kementerian Agama, serta Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas).
INOVASI bertujuan mengidentifikasi dan mendukung perubahan pada praktik, sistem, dan kebijakan pendidikan yang secara nyata dapat mempercepat peningkatan hasil belajar siswa dalam keterampilan dasar, terutama dalam literasi dan numerasi. INOVASI bermitra dengan 6 provinsi,yaitu Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Utara, Jawa Timur, Maluku, dan Jawa Barat, yang berfokus pada siswa sekolah dasar (kelas 1-6) dan satu tahun pra-sekolah dasar.
"Tantangan yang saya hadapi dari 2015 sampai saat ini, tahun 2022 hanya 40% peserta didik yang mencapai nilai kompetensi minimum literasi, masih ada anak kelas 4-6 SD masih belum lancar membaca," tutur Nere Setiawan Lede, S.Pd., M.Pd Kepala Sekolah SD Inpres Tarus 1 Kupang .
Tantangan selanjutnya adalah tidak adanya data lengkap mengenai kemampuan siswa sehingga sekolah belum merasa rendahnya kemampuan membaca sebagai masalah yang harus segera diatasi. Selain itu, kemampuan asesmen formatif guru juga masih kurang.
Untuk mengatasi masalah ini, kepala sekolah mencari informasi dari berbagai pihak tentang upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa, dan Kabupaten Nagekeo di Pulau Flores dengan dukungan INOVASI berhasil meningkatkan kemampuan literasi siswa SD dengan program "Kamp Baca."
Program "Kamp Baca" telah menunjukkan hasilnya. Pada akhir November 2022 telah dilakukan assesmen terhadap 484 murid, dengan hasil 31 persen siswa (152 orang) belum terampil membaca. Di akhir program dilakukan assesmen pada Mei 2023, dan hanya ada 10 persen siswa (49 orang) yang belum terampil membaca.
Pada Maret 2024, ada 37 siswa yang belum terampil membaca. Namun satu bulan setelahnya, siswa yang belum terampil membaca tersisa 29 orang. Sekolah akan melanjutkan bantuan belajar kepada siswa sampai mereka semua terampil membaca.
"Kami berterima kasih kepada pemerintah Australia yang telah hadir untuk ikut membantu kami menyelesaikan persoalan yang kami hadapi," pungkas Eliazer.