Ilustrasi. Foto: Dok MI
Jakarta: Harga emas (XAU/USD) kembali menunjukkan tekanan bergerak turun ke sekitar USD3.235 selama awal perdagangan sesi Asia pada Selasa, 13 Mei 2025, setelah mencatatkan penurunan tajam lebih dari tiga persen pada hari sebelumnya.
Sentimen pasar yang membaik setelah tercapainya kesepakatan perdagangan sementara antara Amerika Serikat dan Tiongkok menjadi salah satu faktor utama yang menekan harga logam mulia ini. Kecenderungan tren emas saat ini masih berada dalam tekanan bearish.
Analisa dari Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha menjelaskan pola candlestick yang terbentuk pada grafik harian, dikombinasikan dengan indikator Moving Average, menunjukkan arah penurunan yang cukup kuat.
Jika tekanan jual berlanjut, maka XAU/USD berpotensi menguji level support berikutnya di sekitar USD3.206. Namun, apabila terjadi pantulan teknikal atau sentimen mendadak berubah, maka rebound ke atas masih mungkin terjadi dengan target kenaikan ke area USD3.279.
"Saat ini pasar sedang berada dalam fase ketidakpastian menjelang rilis data inflasi AS. Jadi, potensi volatilitas dalam jangka pendek masih cukup tinggi," ujar Andy dalam keterangan tertulis, Selasa, 13 Mei 2025.
(Ilustrasi. Foto: Freepik)
Dari sisi fundamental, tekanan terhadap harga emas juga diperkuat oleh menguatnya dolar AS dan lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah AS. Kombinasi keduanya menjadi beban ganda bagi logam mulia, yang tidak memberikan imbal hasil seperti obligasi.
Penguatan dolar terjadi seiring meningkatnya optimisme pasar setelah AS dan Tiongkok sepakat menurunkan tarif dalam periode 90 hari. AS akan memangkas tarif dari 145 persen menjadi 30 persen atas sejumlah produk Tiongkok, sementara Beijing juga mengambil langkah serupa dengan memangkas bea masuk dari 125 persen menjadi 10 persen terhadap barang-barang AS.
Investor tunggu rilis data inflasi AS
Fokus utama investor saat ini adalah menantikan rilis data inflasi (Consumer Price Index/CPI) AS untuk April yang dijadwalkan akan keluar malam ini. Proyeksi pasar memperkirakan inflasi utama naik 2,4 persen YoY dan inflasi inti naik 2,8 persen YoY. Hasil rilis ini akan sangat berpengaruh terhadap ekspektasi pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve.
Pasar swap saat ini memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga pertama kali pada bulan September, dengan dua pemotongan tambahan hingga akhir tahun. Namun, bila data inflasi lebih tinggi dari perkiraan, maka ekspektasi ini bisa berubah, yang tentunya akan memengaruhi harga emas lebih lanjut.
Di sisi geopolitik, sejumlah ketegangan masih menjadi perhatian pasar. Komentar dari Perdana Menteri India terkait konflik dengan Pakistan serta inisiatif perundingan antara Ukraina dan Rusia dapat menciptakan sentimen safe haven sewaktu-waktu. Jika ketegangan meningkat, maka arus modal bisa kembali mengalir ke aset aman seperti emas.
"Para pelaku pasar tetap waspada terhadap potensi pergerakan ekstrem hari ini. Dengan sentimen pasar yang campuran antara optimisme perdagangan dan kekhawatiran inflasi, pasar emas diperkirakan akan bergerak dalam volatilitas tinggi hingga rilis data CPI memberikan arah yang lebih jelas," ungkap dia.