Ilustrasi. Foto: Freepik.
Ade Hapsari Lestarini • 28 February 2025 17:36
Jakarta: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau makin jeblok hingga penutupan perdagangan sore ini. Sejak pagi, kinerja IHSG sudah tergelincir di zona merah.
Mengacu data RTI, Jumat, 28 Februari 2025, IHSG jeblok 214,85 poin atau setara 3,31 persen ke posisi 6.270. Gerak IHSG sempat dibuka ke level 6.485.
Adapun IHSG sempat berada di level terendah yaitu 6.246. Sedangkan untuk level tertinggi adalah 6.485. Total volume saham yang telah diperdagangkan adalah 22,004 miliar senilai Rp20,66 triliun.
Sore ini, tercatat hanya 91 saham yang bergerak menguat. Sementara itu, sebanyak 555 saham melemah dan 146 saham lainnya stagnan. Sedangkan kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp10,907 triliun dengan frekuensi sebanyak 1.268.014 kali.
Bursa saham Asia tertekan
Tim analis Samuel Sekuritas Indonesia sebelumnya memperkirakan IHSG akan melanjutkan kelemahan, di tengah sentimen negatif di pasar global dan regional.
Senada, bursa saham Asia juga terpantau berada di jalur merah. Indeks saham Jepang Nikkei N225 ambruk 2,88 persen atau 1.100 poin ke 37.155.
Ilustrasi. Foto: Freepik
Sementara itu indeks Hong Kong, Hang Seng, melemah 2,93 persen atau setara 510 poin menjadi 16.895, indeks Australia ASX200 jeblok 95,86 poin atau setara 1,16 persen ke 8.172 dan indeks Korea Selatan Kospi melemah 88,97 poin atau setara 3,39 persen ke 2.532.
Investor asing keluar dan rupiah melemah
Masih terus keluarnya investor asing dan melemahnya nilai tukar rupiah ke level Rp16.450 per dolar Amerika Serikat (AS), menunjukkan kondisi pasar masih penuh dengan ketidakpastian. Pasar disebut belum memiliki optimisme terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang akan banyak berdampak kepada kinerja perusahaan.
Sementara, dalam dua hari terakhir, ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS atau fed fund rate (FFR) lebih banyak cenderung mengalami peningkatan seiring perkembangan data ekonomi AS yang menunjukkan pelemahan. Indeks Dollar (DXY) tercatat stabil di bawah 107 dalam lima hari terakhir dan imbal hasil US Treasury (UST) tenor 10 tahun terus mengalami penurunan dan kemarin ditutup pada level 4,27 persen. Di sisi lain, perkembangan ekonomi AS tersebut menyebabkan tren penurunan Dow Jones dan S&P500 sejak pekan lalu.
"Pasar masih cenderung bersifat berhati-hati, apalagi ketidakpastian global masih tinggi untuk melihat jelas arah ekonomi ke depan," ungkap tim research Mirae Asset Sekuritas Indonesia.
Di tengah ketidakpastian pasar, Bank Indonesia (BI) diminta melakukan kebijakan yang lebih pro-
growth atau pro-pertumbuhan untuk meningkatkan optimisme pasar. Serta, membuka kemungkinan akan penurunan suku bunga di bulan Ramadan ataupun di kuartal II-2025, yang biasanya tidak lazim dilakukan karena efek inflasi dan peningkatan permintaan valas secara musiman. Hal ini dilakukan untuk mendorong optimisme terhadap prospek pertumbuhan.