Peluang Tersembunyi dari Aturan Devisa Baru bagi Investor Indonesia

Dengan devisa lebih banyak di dalam negeri, bank, dan lembaga keuangan bisa mengeluarkan produk baru. (Foto: Freepik)

Peluang Tersembunyi dari Aturan Devisa Baru bagi Investor Indonesia

Patrick Pinaria • 29 October 2025 19:27

Jakarta: Beberapa bulan terakhir, banyak eksportir di Indonesia mengaku hidupnya agak terbalik gara-gara aturan devisa yang baru. Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2025 yang mewajibkan hasil ekspor sumber daya alam disimpan penuh di bank dalam negeri selama setahun. Bayangkan, bukan lagi tiga bulan seperti yang lalu, tapi sekarang 12 bulan penuh.

Perubahan ini membuat banyak perbincangan di warung kopi hingga forum daring. Ada yang terkejut, ada yang marah, ada juga yang penasaran. Orang awam pun ikut berbicara, melontarkan pertanyaan sederhana seperti apa itu trading forex dan apakah kebijakan ini ada hubungannya dengan peluang investasi mereka.

Joko, seorang eksportir kopi, biasanya menyimpan sebagian dolar hasil penjualannya di luar negeri. Alasannya sederhana: untuk membayar kemasan impor atau biaya pengiriman. Sekarang semua uang itu wajib disimpan di bank lokal.

Ia mengaku sempat bingung. Arus kas terasa kaku, beberapa rencana tertunda. "Awalnya pusing, saya sempat takut tidak bisa beroperasi," ujarnya.

Namun setelah beberapa minggu, ia mulai melihat sisi terang. Bank menawarkan bunga valas yang cukup menarik, dan rupiah juga tidak seburuk yang ia bayangkan. Dari pengalaman itu, ia percaya ada peluang baru yang bisa dimanfaatkan.

Tujuan utama pemerintah sederhana: memperkuat cadangan devisa. Dengan lebih banyak dolar berada di dalam negeri, Bank Indonesia berharap pasokan mata uang asing lebih aman. Jika cadangan naik, rupiah biasanya lebih stabil. Stabilitas ini penting untuk menjaga harga impor, pembayaran utang luar negeri, dan kepercayaan investor asing.

Kebijakan seperti ini bukan pertama kali muncul. Pada 2019 dan 2023, aturan serupa juga diberlakukan. Bedanya, saat itu hanya sebagian devisa yang harus ditahan, dan waktunya lebih singkat. Kini porsinya penuh, sehingga dampaknya jauh lebih terasa.

 

Baca: Benarkah Trading Sama dengan Judi? Cek Fakta dan Penjelasannya di Sini!


Bagi pasar, aturan ini punya dua sisi. Di satu sisi, ada tambahan dolar yang tersimpan di bank-bank lokal. Itu membuat bank bisa lebih leluasa menawarkan kredit atau produk berbasis valas. Di sisi lain, eksportir merasa lebih terikat karena tidak bisa menaruh dana di luar negeri seperti sebelumnya.

Seorang analis pasar di Jakarta bahkan menyebut aturan ini seperti pisau bermata dua. "Likuiditas dolar meningkat, bagus untuk stabilitas. Tapi fleksibilitas eksportir jadi berkurang," katanya.

Bagi investor ritel, efeknya juga terasa. Ada yang melihat peluang di deposito valas yang kini lebih menarik. Ada juga yang mulai melirik instrumen rupiah karena cadangan devisa yang kuat bisa membuat nilai tukar lebih tenang.

Tapi risikonya tetap ada. Jika eksportir menahan penjualan dolar terlalu lama, pasar bisa kekurangan pasokan. Situasi ini bisa menimbulkan fluktuasi rupiah yang sulit diprediksi. Investor harus siap menghadapi skenario itu.

Dimas, mahasiswa tingkat akhir di Jakarta, awalnya hanya menabung di deposito rupiah. Tapi setelah membaca berita tentang aturan devisa, ia jadi penasaran dengan pasar valas. Ia mencari informasi, lalu menemukan diskusi tentang apa itu trading forex.

Awalnya ia takut, karena forex sering dianggap berisiko. Namun, ia tidak langsung terjun. Ia menjadikannya cara belajar membaca pergerakan rupiah dan dolar.

"Saya tidak mau buru-buru untung. Buat saya ini seperti kelas ekonomi yang nyata," tulisnya di sebuah forum.

 
Baca: Perubahan Praktis di Indonesia karena Layanan Digital


Meski banyak pengusaha mengeluh, ada sisi positif yang jarang dibicarakan. Dengan devisa lebih banyak di dalam negeri, bank, dan lembaga keuangan bisa mengeluarkan produk baru. Bisa jadi reksa dana berbasis dolar, obligasi valas, atau kredit impor dengan bunga kompetitif.

Selain itu, stabilitas rupiah memberi rasa aman bagi investor jangka panjang. Harga saham dan obligasi lebih mudah ditebak ketika kurs tidak terlalu liar. Bagi pemula, ini bisa jadi kesempatan untuk belajar investasi tanpa harus berhadapan dengan gejolak besar.

Sayangnya, tidak semua orang paham soal investasi. Banyak istilah keuangan terasa asing. Karena itu pertanyaan seperti 'apa itu trading forex' sering muncul di media sosial.

Inilah alasan literasi keuangan sangat penting. Pemerintah, kampus, dan komunitas bisa mengambil momentum ini untuk memberi edukasi. Semakin banyak orang mengerti dasar-dasar investasi, semakin bijak pula mereka mengambil keputusan.

Apakah aturan ini akan berlaku permanen? Kemungkinan besar tidak. Pemerintah biasanya menyesuaikan kebijakan sesuai situasi global. Jika cadangan devisa sudah cukup atau tekanan terhadap rupiah menurun, aturan bisa saja dilonggarkan.

Namun untuk sekarang, investor Indonesia harus beradaptasi. Jangan hanya melihat aturan sebagai beban. Ada peluang di balik perubahan besar ini, asal mau jeli.

Aturan devisa baru memang menantang. Tapi seperti yang dialami Pak Joko dan Dimas, tantangan itu juga membuka jalan baru. Dari bunga valas yang lebih menarik, sampai pelajaran berharga tentang cara kerja pasar uang.

"Awalnya pusing, lama-lama terbiasa," kata Joko sambil tertawa kecil. Kalimat sederhana itu bisa jadi pesan penting. Dunia keuangan selalu berubah. Yang mau belajar dan beradaptasi, dialah yang akan menemukan peluang tersembunyi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Rosa Anggreati)