Kapal perang Australia dalam latihan militer di Indonesia. Foto: Kedubes Australia
Canberra: Pemerintah Australia akan mengalokasikan anggaran belanja pertahanan senilai 1 miliar AUD atau setara dengan Rp10,4 triliun dalam anggaran federal yang akan diajukan pada 25 Maret 2025.
Langkah ini bertujuan untuk mempercepat peningkatan kemampuan militer Australia, termasuk pembuatan senjata berpemandu, pengembangan pangkalan kapal selam AUKUS, dan program kapal fregat. Hal ini diumumkan Menteri Pertahanan Australia, Richard Marles, pada Senin, 24 Maret 2025.
Anggaran ini merupakan bagian dari peningkatan belanja pertahanan sebesar 10,6 miliar AUD selama empat tahun kedepan, yang termasuk dalam rencana peningkatan 50 miliar AUD yang telah diumumkan sebelumnya selama satu dekade. Menurut Marles, ini merupakan peningkatan anggaran pertahanan paling signifikan sejak Perang Dunia II.
Fokus pada kemampuan militer dan infrastruktur
Marles menjelaskan bahwa alokasi tambahan senilai 1 miliar AUD ini akan digunakan untuk mempercepat pengembangan kemampuan dan infrastruktur pertahanan Australia.
"Ini akan membuat kami siap dengan HMAS Stirling, Pangkalan Pertahanan Henderson untuk pembentukan Pasukan Rotasi Kapal Selam Barat. Ini juga akan mempercepat pembangunan Perusahaan Senjata dan Bahan Peledak Terpandu," ujarnya dalam acara Avalon Air Show di Victoria, dikutip dari
The Straits Times, Senin, 24 Maret 2025.
Sebagai bagian dari pakta pertahanan AUKUS antara Australia, Inggris, dan Amerika Serikat (AS), hingga empat kapal selam bertenaga nuklir yang dikomandani AS dan satu kapal selam bertenaga nuklir yang dikomandani Inggris akan berotasi melalui pangkalan angkatan laut terbesar Australia, HMAS Stirling di Australia Barat, mulai tahun 2027.
Selain itu, anggaran ini juga akan mempercepat pembelian kapal fregat ke dalam armada layanan Australia dalam dekade ini. Pada 24 Maret, Australia mengumumkan bahwa mereka telah menerima dua kendaraan peluncur pertama dari 42 kendaraan peluncur Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (High Mobility Artillery Rocket Systems - HIMARS) yang dipesan dari Lockheed Martin. Pembuatan sistem roket peluncur berpemandu di Australia sendiri direncanakan akan dimulai pada tahun 2025.
Marles menekankan bahwa Australia berfokus pada pengembangan kemampuan serangan jarak jauh. "HIMARS memberikan mobilitas pasukan pertahanan kami untuk diproyeksikan ke kawasan ini," ujar Marles.
Sistem ini, yang dipasang di truk, telah digunakan dalam perang di Ukraina dan dapat dengan mudah dipindahkan menggunakan kapal atau pesawat terbang C-17 dan C-130 Australia.
Rudal pemukul presisi dengan jangkauan 500 km
Menteri Industri Pertahanan dan Penyediaan Kemampuan, Pat Conroy, juga mengungkapkan bahwa Australia akan menerima pengiriman Rudal Pemukul Presisi dengan jangkauan 500 km untuk digunakan di HIMARS pada tahun 2025. Rudal ini diiharapkan dapat meningkatkan kemampuan serangan jarak jauh Australia dan mendukung operasi militer di Kawasan Indo-Pasifik.
Peningkatan anggaran pertahanan ini juga dilakukan di bawah tekanan dari sekutu keamanan utama Asutralia, Amerika Serikat. Presiden AS Donald Trump telah mendorong negara-negara sekutu untuk meningkatkan belanja pertahanan mereka guna menghadapi tantangan keamanan global yang semakin kompleks.
Dengan peningkatan anggaran pertahanan ini, Australia menunjukkan komutmennya untuk memperkuat kemampuan militer dan infrastruktur pertahanannya. Langkah ini tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan keamanan nasional, tetapi juga untuk memperkuat posisi Australia sebagai mitra strategi dalam pakta pertahanan AUKUS dan menjaga stabilitas di Kawasan Indo-Pasifik.
(
Muhammad Adyatma Damardjat)