Pembersihan puing reruntuhan Musala Ponpes Al Khoziny Sidoarjo. BNPB
Whisnu Mardiansyah • 6 October 2025 15:55
Sidoarjo: Pekerjaan pembersihan puing-puing sisa runtuhnya Musala Al Khoziny telah memasuki tahap akhir. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menargetkan seluruh proses pembersihan dapat diselesaikan pada hari ini, Senin, 6 Oktober 2025, sehingga operasi SAR secara keseluruhan diharapkan segera berakhir.
Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Mayjen TNI Budi Irawan, secara langsung memimpin proses pembersihan di lokasi kejadian. Berbagai alat berat dioperasikan secara bergantian; excavator breaker bertugas memecah beton berukuran besar, sementara bucket excavator mengangkut puing untuk dimuat ke dalam dump truck.
“Hari ini kita harapkan akan selesai pembersihan dan evakuasi,” kata Budi, Senin, 6 Oktober 2025.
Berdasarkan kajian cepat di lapangan, diperkirakan masih ada jenazah yang tertimbun di bawah reruntuhan. Jumlah pastinya belum dapat dipastikan, namun diperkirakan mendekati daftar sepuluh nama orang hilang yang dirilis pondok pesantren.
“Diperkirakan tinggal 10 orang lagi yang sampai saat ini masih dalam proses pencarian,” ungkap Budi.
Hingga pukul 14.45 WIB, jumlah korban meninggal dunia dalam insiden ini telah mencapai 53 orang. Data tersebut terus diperbarui seiring dengan perkembangan di lapangan.
Selain korban meninggal, tim SAR masih mencari sepuluh orang. Sebanyak enam korban masih menjalani perawatan, sementara 97 orang lainnya dinyatakan sembuh dan satu orang tidak memerlukan perawatan lebih lanjut.
Tim SAR gabungan juga menemukan lima potongan bagian tubuh manusia di antara puing. Potongan tubuh tersebut kini menjalani proses identifikasi oleh tim Disaster Victim Identification (DVI) di Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya.
Insiden runtuhnya musala empat lantai ini menjadi bencana dengan korban jiwa terbanyak sepanjang periode Januari hingga Oktober 2025. Peristiwa ini diharapkan menjadi pelajaran berharga mengenai perencanaan pembangunan, pengawasan, serta manajemen kesiapsiagaan masyarakat.
“Di sepanjang tahun 2025, ini menjadi bencana dengan korban yang paling besar menurut data BNPB,” pungkas Budi.