Standard Chartered dan IFC berkolaborasi dorong permodalan swasta. Foto: Dok istimewa
Jakarta: Standard Chartered bersama International Finance Corporation (IFC), anggota dari Kelompok Bank Dunia mendorong peran permodalan swasta dalam pembiayaan pengelolaan air dan infrastruktur berkelanjutan di Indonesia dan kawasan ASEAN. Terlebih kebutuhan investasi infrastruktur Indonesia masih sangat besar.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029, total kebutuhan pembiayaan diperkirakan mencapai sekitar USD625 miliar. Dari jumlah tersebut, sekitar 35,6 persen akan dibiayai melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan 24,9 persen melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
CEO Standard Chartered Indonesia Donny Donosepoetro mengatakan, Indonesia berada di garis depan transisi hijau di kawasan Asia Tenggara. Ia menyebut, investasi di sektor pengelolaan air dan limbah tidak hanya penting bagi pembangunan berkelanjutan, tetapi juga bagi ketahanan dan kualitas hidup masyarakat.
“Dengan menggerakkan modal swasta melalui pembiayaan dan kemitraan yang inovatif, kita dapat menghadirkan solusi jangka panjang yang memberikan manfaat bagi masyarakat, ekonomi, dan lingkungan,” kata dia dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2025 dilansir Sabtu, 11 Oktober 2025.
Baca Juga :
(Ilustrasi. Foto: Dok istimewa)
Dorong pembiayaan infrastruktur berkelanjutan
Untuk mempercepat investasi di sektor air dan limbah di Indonesia, berbagai solusi pembiayaan termasuk obligasi hijau, pembiayaan campuran (blended finance), dan mekanisme pembiayaan transisi dapat membantu menurunkan risiko proyek serta menarik minat investor institusional.
Selain itu, pentingnya sinergi kebijakan dan kolaborasi lintas sektor dalam meningkatkan kelayakan proyek serta mendukung tujuan pembangunan dan iklim jangka panjang Indonesia. Upaya ini sekaligus untuk mendorong partisipasi modal swasta dalam pembangunan infrastruktur berkelanjutan.
Laporan Southeast Asia Green Economy 2025 menunjukkan bahwa Asia Tenggara berpotensi membuka peluang investasi hijau hingga USD50 miliar per tahun hingga 2030, serta menciptakan hampir 900 ribu lapangan kerja baru melalui solusi terpadu di sektor energi, air, limbah, dan transportasi.
Bagi Indonesia, laporan ini menyoroti peluang besar di bidang ketahanan air, pengelolaan limbah, dan pengembangan ekonomi sirkular. Laporan ini juga menekankan perlunya percepatan modernisasi jaringan listrik, perluasan pembiayaan campuran, serta penguatan kolaborasi publik-swasta untuk menutup kesenjangan pembiayaan.
Menurut Donny, perjalanan menuju ekonomi rendah karbon dan tangguh membutuhkan skala, inovasi, dan kolaborasi. Standard Chartered bermitra dengan pemerintah, IFC, serta para klien untuk mengembangkan solusi pembiayaan yang menjadikan proyek infrastruktur berkelanjutan lebih layak secara komersial.
“Dengan membuka akses terhadap modal swasta, kami dapat membantu memastikan bahwa transisi hijau Indonesia membawa dampak ekonomi dan sosial yang nyata,” ujarnya.