Tokyo. Foto: Unsplash.
Tokyo: Inflasi inti di ibukota Jepang melambat pada Agustus untuk bulan kedua berturut-turut tetapi tetap jauh di atas target bank sentral sebesar dua persen. Hal ini membuat para pengambil kebijakan berada di bawah tekanan untuk menghapuskan stimulus moneter besar-besaran selama beberapa dekade.
Data Tokyo, yang dipandang sebagai indikator utama tren nasional, menambah tanda-tanda meningkatnya tekanan inflasi di negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia.
Indeks harga konsumen inti (CPI) Tokyo, yang tidak mencakup bahan makanan segar yang bergejolak namun mencakup biaya bahan bakar, naik 2,8 persen pada Agustus dibandingkan tahun sebelumnya. Namun data ini masih di bawah perkiraan median pasar yang memperkirakan kenaikan sebesar 2,9 persen.
Angka tersebut lambat dari kenaikan 3,0 persen pada bulan Juli dan melampaui target Bank of Japan sebesar dua persen selama 15 bulan berturut-turut. Para analis memperkirakan inflasi akan terus melambat dalam beberapa bulan mendatang.
Ukuran tren harga yang lebih baik
Namun indeks yang tidak memperhitungkan biaya makanan segar dan bahan bakar, yang diawasi ketat oleh bank sentral Jepang (BOJ) sebagai ukuran tren harga yang lebih baik, tetap stabil di angka empat persen pada Agustus, menyoroti risiko inflasi yang masih tetap tinggi.
"Inflasi kemungkinan mencapai puncaknya pada Juni namun tidak lambat seperti yang diperkirakan, menunjukkan perusahaan belum selesai menaikkan harga," kata Kepala Ekonom di Dai-ichi Life Research Institute Yoshiki Shinke dilansir Channel News Asia, Jumat, 25 Agustus 2023.
"Prospeknya sangat bergantung pada apakah konsumen dapat terus menghadapi kenaikan harga. Sangat sulit, bahkan mungkin bagi BOJ, untuk memprediksi jalur inflasi di masa depan," tegas dia.
Meskipun subsidi pemerintah menurunkan tagihan listrik, harga makanan dan kebutuhan sehari-hari terus mengalami kenaikan seperti kenaikan harga makanan laut sebesar sembilan persen dan kenaikan harga tisu toilet sebesar 15,5 persen.
Data menunjukkan meskipun kenaikan harga barang jauh lebih lambat dibandingkan kenaikan harga barang sebesar empat persen tahun-ke-tahun, biaya jasa naik dua persen pada bulan Agustus setelah naik 1,9 persen pada Juli.
Lonjakan harga komoditas global tahun lalu mendorong banyak perusahaan Jepang untuk mulai melakukan kenaikan harga dan membebankan biaya yang lebih tinggi kepada rumah tangga, sehingga inflasi tetap berada di atas target BOJ lebih lama dari perkiraan awal para pembuat kebijakan.
Inflasi yang melampaui batas menyebabkan BOJ melakukan sedikit perubahan pada kebijakan pengendalian imbal hasil obligasi bulan lalu, sebuah langkah yang dilihat investor sebagai pergeseran dari kebijakan moneter ultra-longgar selama beberapa dekade.
Namun Gubernur BOJ Kazuo Ueda mengatakan bahwa mereka perlu menunggu sampai upah naik cukup untuk menjaga inflasi tetap stabil di kisaran dua persen.
Redam kenaikan harga
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengumumkan rencana untuk meredam dampak kenaikan harga yang kemungkinan akan mencakup perpanjangan subsidi bensin dan utilitas yang akan berakhir pada bulan September.
BOJ mengatakan pihaknya lebih fokus pada tren inflasi yang menghilangkan faktor-faktor yang hanya terjadi satu kali saja, seperti subsidi pemerintah untuk mengekang kenaikan bensin dan tagihan listrik.