Aktivitas Manufaktur RI Masih Ekspansif

Ilustrasi industri manufaktur. Foto: Istimewa

Aktivitas Manufaktur RI Masih Ekspansif

Annisa Ayu Artanti • 2 April 2024 11:21

Jakarta: Aktivitas manufaktur Indonesia terus melanjutkan tren ekspansif dalam 31 bulan berturut-turut.

Pada Maret 2024, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia tercatat pada level 54,2, meningkat dari bulan sebelumnya yaitu pada Februari: 52,7.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan, impresifnya kinerja manufaktur didorong tingkat permintaan dalam negeri dan pembelian barang input untuk memacu aktivitas produksi sebelum hari raya Idulfitri.

Secara keseluruhan, sentimen pada sektor manufaktur Indonesia pada Maret 2024 tetap positif di tengah harapan akan kondisi pasar yang lebih kuat dan stabilitas harga yang lebih baik.

Beberapa negara mitra dagang Indonesia juga mencatatkan kinerja manufaktur yang ekspansif, di antaranya India 59,2 dan Amerika 52,5. Sementara, PMI manufaktur di negara negara tetangga masih mengalami kontraksi seperti Malaysia 48,4, Thailand 49,1, dan Vietnam 49,9.
 

Baca juga: 

Dihadapi Tren Pelemahan Ekonomi, Aktivitas Manufaktur RI Masih Kuat


"Jika dibandingkan beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam, yang mengalami kontraksi, kinerja manufaktur indonesia yang masih ekspansif menunjukkan resiliensi ekonomi nasional di tengah peningkatan risiko global. Capaian ini akan terus kami jaga melalui berbagai dukungan kebijakan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan antisipasi terhadap risiko global,” ujar Febrio dalam keterangan tertulis, Selasa, 2 April 2024.

Sementara itu, menurutnya inflasi di Maret 2024 masih terkendali yakni sebesar 3,05 persen (yoy) meskipun meningkat dari bulan Februari sebesar 2,75 persen (yoy).

Peningkatan ini dipengaruhi oleh kenaikan harga dari sebagian besar komoditas pangan pada masa Ramadan. Secara historis, pada masa Ramadan dan Idul Fitri terjadi peningkatan permintaan musiman yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga.

Febrio mengatakan, masih terus berlanjutnya kenaikan harga pangan menjadi hal yang terus diwaspadai oleh Pemerintah.

Inflasi pangan bergejolak

Inflasi pangan bergejolak (volatile food) bergerak meningkat menjadi 10,33 persen (yoy), dari 8,47 persen (yoy) pada Februari 2024. Peningkatan ini didorong oleh naiknya harga komoditas, seperti beras, daging dan telur ayam ras, cabai merah, dan bawang putih. 
 
Di tengah produksi pangan yang terkendala dan mundurnya panen raya, pemerintah terus mengupayakan stabilisasi pasokan dan harga untuk menjamin akses pangan masyarakat.

Sementara itu, inflasi inti pada Maret 2024 juga turut mengalami peningkatan sebesar 1,77 persen (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan Februari 2024 (1,68 persen yoy). Beberapa kelompok pengeluaran mengalami peningkatan, diantaranya makanan, penyediaan makanan/minuman, perawatan pribadi, pendidikan, dan kesehatan. 
 
Sedangkan untuk inflasi harga diatur pemerintah (administered price) turun menjadi 1,39 persen (yoy), dari 1,67 persen (yoy) di Februari 2024. Meskipun cukup rendah namun tekanan inflasi pada sektor transportasi tetap perlu diwaspadai seiring dengan peningkatan mobilitas saat musim mudik lebaran.

“Pemerintah akan terus berupaya memitigasi risiko gejolak pada masa Ramadan dan Idulfitri, terutama dalam mengendalikan harga pangan dan tarif transportasi," tutur dia.
 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Annisa Ayu)