Inflasi Inti Singapura Capai Level Tertinggi Sejak Juli 2023

Singapura. Foto: Unsplash.

Inflasi Inti Singapura Capai Level Tertinggi Sejak Juli 2023

Arif Wicaksono • 26 March 2024 12:58

Singapura: Inflasi inti Singapura pada Februari naik menjadi 3,6 persen dalam setahun tertinggi sejak Juli 2023 yang sebagian disebabkan oleh dampak belanja Tahun Baru Imlek. Angka tersebut naik dari 3,1 persen pada bulan Januari dan lebih tinggi dari perkiraan 3,4 persen oleh jajak pendapat para ekonom Reuters.

"Hal ini didorong oleh tingginya inflasi jasa dan pangan, yang sebagian mencerminkan dampak musiman yang terkait dengan Tahun Baru Imlek,” ungkap Otoritas Moneter Singapura (MAS) dan Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI) Singapura, dilansir Channel News Asia, Selasa, 26 Maret 2024.

Inflasi inti tidak termasuk biaya transportasi jalan raya dan akomodasi swasta. Angka pada Februari merupakan yang tertinggi sejak Juli 2023 ketika angkanya mencapai 3,8 persen. Inflasi keseluruhan atau inflasi umum di Februari juga meningkat menjadi 3,4 persen dalam setahun dari 2,9 persen di Januari karena biaya akomodasi yang lebih tinggi.

Inflasi akomodasi meningkat menjadi 3,9 persen dari 2,1 persen di Januari karena rabat tambahan Biaya Layanan & Pemeliharaan (S&CC), yang telah dicairkan pada Januari, tidak dicairkan pada Februari.

Inflasi jasa meningkat menjadi 4,2 persen di Februari dari 3,3 persen di Januari, terutama disebabkan oleh harga tiket pesawat yang lebih tinggi dan kenaikan biaya liburan yang lebih besar.

Inflasi pangan naik menjadi 3,8 persen dibandingkan dengan 3,3 persen pada Januari karena harga pangan meningkat lebih cepat. Inflasi listrik dan gas turun menjadi 5,3 persen karena lambatnya laju kenaikan biaya listrik.

Inflasi transportasi swasta turun dari 2,9 persen di bulan Januari menjadi 1,4 persen di bulan Februari karena tingkat kenaikan harga mobil yang lebih lambat, yang pada gilirannya mencerminkan rendahnya premi COE.

Inflasi inti lanjutkan tren moderat

Inflasi inti diperkirakan akan melanjutkan tren moderatnya secara bertahap selama sisa tahun ini seiring dengan terus menurunnya tekanan biaya impor dan berkurangnya pengetatan di pasar tenaga kerja dalam negeri.

MAS memproyeksikan inflasi umum dan inti rata-rata sebesar 2,5 persen hingga 3,5 persen pada 2024. Dengan tidak memperhitungkan dampak sementara kenaikan Pajak Barang dan Jasa (GST), inflasi umum dan inflasi inti diperkirakan akan mencapai 1,5 persen hingga 2,5 persen.

"Risiko-risiko positif terhadap inflasi masih ada, termasuk guncangan baru terhadap energi global dan biaya pengiriman karena konflik geopolitik, harga komoditas pangan yang lebih tinggi akibat peristiwa cuaca buruk, serta pengetatan pasar tenaga kerja domestik yang lebih berkepanjangan dari perkiraan,” kata MAS.

Untuk membantu mengatasi masalah biaya hidup, Wakil Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong mengumumkan dalam pidato Anggarannya bulan lalu warga Singapura akan mendapatkan pembayaran seperti tambahan 600 dolar Singapura dalam bentuk voucher Community Development Council (CDC).

Pemerintah Singapura juga akan menambah dana voucher GST sebesar enam miliar dolar Singapura untuk terus membiayai pengeluaran GST bagi rumah tangga berpendapatan rendah dan menengah.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)