Menteri Pendidikan Prancis Gabriel Attal. (AP)
Willy Haryono • 9 January 2024 11:43
Paris: Elisabeth Borne, Perdana Menteri Prancis, mundur dari pemerintahan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada hari Senin. Langkah ini dilakukan sebelum Macron mengumumkan reshuffle kabinet dalam upaya mencari momentum baru dalam tiga tahun terakhir masa kepresidenannya.
Menteri Pendidikan Gabriel Attal, 34, muncul sebagai favorit untuk menggantikan Borne setelah berhari-hari melakukan manuver intens secara tertutup.
Jika Attal diangkat, ia akan menjadi perdana menteri pertama termuda dan pertama di Prancis yang secara terbuka menyatakan dirinya gay.
Elisabeth Borne hari ini mengajukan pengunduran diri pemerintah kepada Presiden, dan beliau menerimanya," kata Istana Elysee dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari The National News, Selasa, 9 Januari 2024.
Dikatakan bahwa Borne dan menteri lainnya akan terus menangani urusan sehari-hari sampai pemerintahan baru terbentuk.
Namun surat pengunduran diri Borne kepada Macron, yang salinannya telah dilihat oleh AFP, mengisyaratkan bahwa ia sebenarnya lebih memilih untuk tetap pada menduduki posisi PM.
"Meski saya harus menyampaikan pengunduran diri, saya ingin memberi tahu kepada Anda betapa bersemangatnya saya terhadap misi ini," tulisnya.
Sementara beberapa pihak memperkirakan perdana menteri baru akan segera ditunjuk pada malam hari, sumber yang dekat dengan Macron mengatakan pengumuman itu akan diumumkan pada Selasa pagi.
Belum jelas apakah hal ini sengaja dilakukan secara lambat atau karena adanya keberatan di menit-menit terakhir dari tokoh pemerintah atas kemungkinan penunjukan Attal.
Para komentator menganggap perombakan ini penting dalam meluncurkan kembali kepresidenan Macron yang berhaluan tengah selama tiga tahun terakhir dan mencegahnya menjadi pemimpin "lumpuh" setelah serangkaian krisis.
Sejak ia mengalahkan kelompok sayap kanan untuk memenangkan masa jabatan kedua di tahun 2022, Macron menghadapi protes atas reformasi pensiun yang tidak populer, hilangnya mayoritas dalam pemilihan parlemen, dan kontroversi mengenai undang-undang imigrasi.
Borne, 62 tahun, perempuan kedua yang memimpin pemerintahan Prancis, telah mengatasi masalah-masalah ini namun tidak pernah menghilangkan keraguan tentang masa depannya.
Menulis di media sosial X, Macron mengucapkan terima kasih kepada Borne atas "pekerjaannya dalam melayani bangsa kita yang menjadi teladan setiap hari."
Baca juga: Tolak Antisemitisme, Lebih dari 180.000 Orang Berunjuk Rasa di Prancis