Ilustrasi. FOTO: Kemenkeu
Angga Bratadharma • 25 July 2023 09:52
Jakarta: Mewujudkan sistem logistik Indonesia yang terintegrasi dan mapan, sepertinya masih menemui berbagai macam tantangan. Hal ini terlihat dari rilis terbaru Bank Dunia yang menurunkan ranking performa logistik/Logistic Performance Index (LPI) Indonesia menjadi peringkat 63 di 2023 dari sebelumnya diurutan 46 pada 2018.
Direktur Center Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menerima turunnya performa logistik nasional dengan menyampaikan sejumlah masalah yang masih dihadapi logistik dagang. Bhima menyebut adanya ketidakselarasan antara arah pembangunan nasional dengan realita infrastruktur logistik di lapangan.
"Contohnya dari kawasan industri ke pelabuhan itu sudah ada jalan tol tapi truk logistik tidak lewat. Banyak truk logistik yang memilih tetap di jalan arteri padahal jalan tol itu disiapkan agar tidak ada hambatan menuju pada titik kirim pelabuhan dan ini hal-hal yang perlu kita perbaiki," tutur Bhima, kepada MetroTV, dikutip Selasa, 25 Juli 2023.
Bhima berharap pemerintah serius mengembangkan infrastruktur terpadu antara kawasan industri dengan pelabuhan, seperti menyediakan kereta logistik cepat berkapasitas besar yang memiliki standar internasional. Tidak hanya itu, masalah lain seperti fenomena pungli dan urusan administrasi yang masih ruwet menjadi salah satu aspek penurunan LPI Indonesia.
Dirinya khawatir investor akan membaca penurunan kinerja logistik hingga berdampak pada keraguan untuk masuk ke dalam pasar dagang Tanah Air.
"Menjadi masalah dan ini (LPI) penting karena yang menjadi kekhawatiran kalau kita perlu membawa hal ini serius, karena takutnya dibaca oleh para investor. Mereka akan berpikir untuk mencari negara lain dengan ongkos logistik yang lebih murah itu yang menjadi salah satu evaluasi," kata Bhima.
Menanggapi sikap Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang naik pitam atas turunnya LPI Indonesia dan mempertanyakan penilaian bank dunia, Bhima menyebut sikap Luhut mengingatkannya pada peribahasa lama dan seolah tak mau introspeksi diri dengan membenahi kekurangan yang ada.
"Uaitu buruk muka cermin dibelah, seolah-olah menyalahkan pada metodologi penelitian padahal masalahnya pada kinerja logistik kita dan pelayanan logistik yang memang belum optimal dan perlu diperbaiki," pungkas Bhima. (Insan Suardi)