Harga Emas Tembus USD3.000, Ini Faktor Penyebabnya

Emas batangan. Foto: dok MIND ID.

Harga Emas Tembus USD3.000, Ini Faktor Penyebabnya

Naufal Zuhdi • 22 March 2025 09:43

Jakarta: Harga emas dunia akhirnya mencapai tonggak sejarah dengan menembus level psikologis USD3.000 per troy ons setara Rp49,4 juta (kurs Rp16.497 per USD). Pada pertengahan Maret 2025, emas sempat mencetak rekor intraday di kisaran USD3.004 per ons, sebelum mengalami sedikit koreksi akibat aksi ambil untung. Namun, dalam beberapa hari, emas berhasil ditutup di atas USD3.000, menandai level tertinggi sepanjang masa.

"Harga emas mengalami kenaikan signifikan, dipicu oleh meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, kekhawatiran akan perang dagang yang berkepanjangan, serta melemahnya nilai dolar AS," ucap trader dengan gelar certified technical analyst, Narko Santoso melalui keterangan tertulisnya, Sabtu, 22 Maret 2025.

Dalam perdagangan terbaru, harga emas spot mengalami kenaikan sebesar 1,3 persen, mencapai USD3.025,43 per ons. Sementara itu, kontrak berjangka emas juga naik 0,8 persen dan diperdagangkan di level USD3.028,80 per ons.
 

Baca juga: 

Dolar AS Menguat Dipicu Meningkatnya Kekhawatiran Geopolitik



(Ilustrasi emas. Foto: Freepik)

Pelemahan dolar AS jadi pemicu

Narko menyebut, pelemahan dolar AS menjadi salah satu faktor utama di balik lonjakan harga emas ini. Analis dari Deutsche Bank mencatat bahwa semakin banyak investor yang beralih ke aset safe haven, seperti emas, di tengah ketidakpastian kebijakan ekonomi global.

"Pencapaian rekor ini memicu respons kuat dari pasar. Investor semakin mengalihkan dana mereka ke safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi global. Bursa saham yang bergejolak dan meningkatnya risiko resesi mendorong permintaan emas sebagai aset perlindungan utama," bebernya.

Ia pun memprediksi bahwa kenaikan harga emas disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah ekspektasi suku bunga The Fed, ketidakpastian geopolitik serta inflasi dan proteksionisme.

"Kenaikan emas ke USD3.000 per ons mencerminkan kuatnya permintaan aset safe haven di tengah volatilitas pasar global. Dengan kombinasi suku bunga rendah, ketidakpastian geopolitik, dan inflasi yang masih menjadi ancaman, tren bullish emas berpotensi terus berlanjut dalam beberapa bulan ke depan," ungkap dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)