Para kardinal ketika memberikan doa untuk Paus Fransiskus. Foto: Vatican News
Vatikan City: Lebih dari 180 kardinal berkumpul dalam pertemuan tertutup untuk mempersiapkan konklaf pemilihan Paus baru, yang akan dimulai pada 7 Mei 2025. Pertemuan ini merupakan yang ketujuh sejak meninggalnya Paus Fransiskus pada 21 April lalu.
Para kardinal membahas berbagai isu penting, termasuk reformasi keuangan Vatikan dan tantangan gereja di dunia modern. Banyak yang berharap pemilihan akan berlangsung singkat, mengikuti jejak pemilihan Paus Fransiskus dan Benediktus XVI yang hanya membutuhkan waktu dua hari.
“Suasananya sangat damai,” ujar Kardinal Jorge Enrique Jimenez Carvajal dari Kolombia saat memasuki Aula Paulus VI, dikutip dari Channel News Asia, Kamis, 1 Mei 2025.
Diskusi juga mencakup topik sensitif seperti pelecehan seksual anak di lingkungan gereja. Sebanyak 133 kardinal yang berusia di bawah 80 tahun akan memasuki Kapel Sistina untuk memilih Paus baru melalui pemungutan suara rahasia, dengan syarat minimal 89 suara untuk mencapai kesepakatan.
Keragaman suara dan tantangan gereja
Konklaf kali ini mencatat rekor jumlah kardinal pemilih, dengan 80% di antaranya ditunjuk oleh Paus Fransiskus dalam 12 tahun terakhir. Keragaman asal usul cardinal, dari Afrika, Amerika Latin, Asia, dan Eropa, menjadi fokus pembahasan.
“Kami mendengarkan orang-orang yang belum pernah kami dengarkan sebelumnya dan itu membimbing Anda,” ujar Kardinal Cristobal Lopez Ramiro.
Perbedaan perspektif ini menjadi tantangan dalam mencapai konsensus. Selain isu doktrin, para kardinal juga membahas krisis keuangan Vatikan, termasuk kondisi Bank IOR yang pernah dilanda skandal.
Kardinal Reinhard Marx memaparkan tantangan ekonomi yang dihadapi lembaga tersebut. Diskusi juga menyentuh polarisasi di dalam gereja dan masyarakat global. Pertemuan akan dilanjutkan pada Jumat setelah jeda untuk hari libur nasional Italia.
Harapan untuk Paus baru
Banyak kardinal berharap Paus baru tidak sekadar menjadi “Fransiskus kedua,” melainkan pemimpin yang membawa pembaruan sesuai konteks zaman.
“Itu tidak harus menjadi Francis mark II, peniru Francis,” ujar Lopez.
“Saya senang baginya untuk menjadi peniru Kristus yang baik, bahwa dia adalah orang Kristen yang baik, orang yang baik dan memperhatikan apa yang terjadi di dunia,” ungkap Lopez.
Dengan konklaf yang semakin dekat, gereja Katolik berdiri di persimpangan jalan antara melanjutkan warisan Paus Fransiskus atau menempuh jalan baru. Hasilnya akan memengaruhi 1,4 miliar umat Katolik di seluruh dunia dan posisi gereja dalam peta internasional.
(
Muhammad Adyatma Damardjati)