Ini Penyebab Bitcoin Pecahkan Rekor Harga Tertinggi Lagi

Vice President Indodax Antony Kusuma. Foto: dok Indodax.

Ini Penyebab Bitcoin Pecahkan Rekor Harga Tertinggi Lagi

Husen Miftahudin • 11 July 2025 21:52

Jakarta: Bitcoin kembali mencatatkan tonggak sejarah dengan menembus harga tertinggi sepanjang masa atau all-time high (ATH) di angka lebih dari USD118 ribu atau sekitar Rp1,91 miliar pada 11 Juli 2025.
 
Kenaikan ini menjadi sinyal kuat sentimen pasar terhadap aset kripto paling populer di dunia ini semakin menguat, terutama di tengah dorongan besar dari institusi global.
 
Lonjakan harga ini terjadi seiring meningkatnya akumulasi oleh institusi besar seperti BlackRock, yang melalui iShares Bitcoin Trust (IBIT) kini telah menggenggam lebih dari 700 ribu BTC, setara dengan lebih dari 3,3 persen dari total suplai bitcoin di dunia.
 
Dengan kapitalisasi pasar mencapai lebih dari USD2,34 triliun, bitcoin kini menyumbang sekitar 65 persen dari total kapitalisasi pasar kripto global yang telah menembus USD3,4 triliun. Kondisi ini memperlihatkan dominasi bitcoin yang tetap solid meski kompetisi dari altcoin terus meningkat.
 
"Pencapaian ini bukan sekadar euforia sesaat, tetapi menunjukkan perubahan besar dalam pasar aset digital. Sekarang kita melihat bitcoin tidak hanya sebagai alat pelindung nilai, tapi juga mulai dipakai oleh perusahaan besar sebagai bagian dari strategi mengelola cadangan uang mereka," ungkap Vice President Indodax Antony Kusuma dikutip dari keterangan tertulis, Jumat, 11 Juli 2025.
 
Antony menambahkan pergerakan harga ini merupakan hasil akumulasi dari berbagai faktor struktural, termasuk regulasi yang lebih terbuka, kebijakan fiskal global yang mendorong aset lindung nilai, serta narasi strategis dari tokoh-tokoh industri dan pemerintahan.
 
BlackRock melalui IBIT bahkan kini mencatatkan pendapatan tahunan dari biaya pengelolaan yang melebihi ETF S&P 500 miliknya sendiri (IVV). Fenomena ini memperlihatkan bagaimana tren pasar bergerak ke arah aset digital sebagai kelas investasi utama.
 
Tidak hanya institusi AS, perusahaan teknologi Inggris seperti The Smarter Web Company juga meningkatkan kepemilikan bitcoin mereka hingga 1.000 BTC. CEO perusahaan tersebut menyatakan komitmennya untuk menginspirasi perusahaan lain dalam pengelolaan treasury berbasis aset digital.
 
Di belahan dunia lain, El Salvador terus menunjukkan konsistensinya dalam strategi akumulasi BTC. Negara tersebut kini memiliki lebih dari 6.232 BTC, dengan nilai keuntungan belum terealisasi yang melampaui USD400 juta.
 

Baca juga: Tembus di Atas USD118 ribu, Harga Bitcoin Capai Rekor Tertinggi Baru


(Ilustrasi. Foto: dok KBI)
 

Adopsi bitcoin jangkau ranah geopolitik

 
Menurut Antony, fenomena ini menunjukkan adopsi bitcoin tidak hanya bersifat sektoral, tetapi telah menjangkau ranah geopolitik. "Negara, korporasi, dan individu saat ini berada di jalur yang sama: mencari alternatif yang tahan terhadap inflasi, geopolitik, dan disrupsi pasar tradisional," papar dia.
 
Ia juga mencatat lonjakan harga ini memperlihatkan kekuatan komunitas bitcoin dalam menjaga prinsip desentralisasi sambil terus menarik minat institusi. "Bitcoin bukan hanya teknologi, ia adalah fenomena sosial-ekonomi," terang Antony.
 
Kinerja harga bitcoin yang impresif sepanjang pertengahan 2025 ini juga mencerminkan pola teknikal yang kuat. Setelah sempat terkoreksi ke angka USD98.200, harga kembali bangkit pada akhir Juni sebelum meroket ke ATH.
 
Namun, Antony mengingatkan volatilitas tetap menjadi bagian dari dinamika pasar kripto. "Kenaikan cepat selalu disertai dengan risiko koreksi. Namun yang membedakan saat
ini adalah fondasi pasar yang jauh lebih kuat dibanding siklus sebelumnya," terang Antony.
 
Ia juga menekankan pentingnya edukasi publik dan manajemen risiko dalam menghadapi fase pasar seperti ini. "Kami di Indodax terus mendorong pengguna untuk memahami fundamental, menggunakan strategi jangka panjang seperti DCA (Dollar Cost Averaging), dan tidak mudah terjebak euforia," kata Antony mengingatkan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)