Peringati Hari Down Syndrome Sedunia Lewat Edukasi Tumbuh Kembang Anak Berkebutuhan Khusus

Acara Trisomy Awareness Bash 2025 untuk tahun ke-9 di Tangerang, Banten.

Peringati Hari Down Syndrome Sedunia Lewat Edukasi Tumbuh Kembang Anak Berkebutuhan Khusus

Whisnu Mardiansyah • 29 April 2025 21:13

Tangerang: Memperingati Hari Down Syndrome Dunia yang jatuh pada 21 Maret, Cordlife Persada bersama Persatuan Orang Tua Anak Dengan Down Syndrome (POTADS) kembali menggelar Trisomy Awareness Bash 2025 untuk tahun ke-9. Dalam upaya membangun dan meningkatkan support system bagi komunitas penyandang down syndrome, salah satu rangkaian kegiatan adalah menggelar Down Syndrome’s Got Talent (DSGT) musim ke-5 yang diikuti peserta anak-anak down syndrome secara virtual dan individual.
 
"DSGT dengan tema Fun Walk merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan Trisomy Awareness Bash yang ke-9 diikuti oleh sekitar 400 peserta mulai dari usia 4 tahun sebagai upaya dalam memberikan wadah dan sarana untuk kegiatan fisik anak-anak down syndrome (DS), meningkatkan kepercayaan diri, serta meningkatkan bonding antara orang tua dan anak. Beberapa kegiatan lainnya yang kami lakukan adalah Roadshow kunjungan ke Pusat Informasi & Kegiatan (PIK) POTADS di 7 kota besar di Indonesia," kata Country Director PT Cordlife Persada Retno Suprihatin, Selasa, 29 April 2025.
 
Menurut Retno, DSGT Musim ke-5 menjadi ajang dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya olahraga dan gaya hidup sehat bagi semua orang. Salah satu sorotan utama tahun ini adalah DSGT Fun Walk, yang bertujuan mendorong anak-anak dengan down syndrome untuk aktif bergerak melalui tantangan jalan kaki yang menyenangkan.
 
“Fun Walk bukan sekadar aktivitas fisik, tapi juga ruang bagi orang tua dan anak untuk membangun kedekatan. Kami melihat banyak momen menyentuh di mana orang tua mendampingi anak mereka dengan penuh semangat,” ujar Retno.
 
Dalam ajang ini, peserta diberi tantangan dengan berbagai kategori seperti berjalan tercepat menyelesaikan target langkah, jumlah langkah terbanyak, dan konsistensi berjalan selama periode program. Antusiasme peserta, khususnya dari komunitas orang tua dan anak dengan down syndrome, sangat tinggi. Banyak di antara mereka membagikan dokumentasi momen kebersamaan mereka selama kegiatan, lengkap dengan apresiasi atas kegiatan yang dinilai menginspirasi dan bermanfaat.
 
Salah satu orang tua peserta, Erna, mengungkapkan rasa harunya bisa ikut serta dalam kegiatan ini bersama putranya. “Anak saya sangat senang bisa ikut Fun Walk. Kami jadi punya waktu khusus untuk quality time sambil bergerak aktif. Saya juga jadi lebih semangat mendampingi dia beraktivitas, jadi ikutan sehat dan bugar karena ikut mendampingi berjalan ” ujarnya.
 
Melalui DSGT Fun Walk, penyelenggara berharap kesadaran masyarakat terhadap pentingnya peran olahraga dalam tumbuh kembang anak berkebutuhan khusus terus meningkat, sekaligus mempererat ikatan keluarga dalam suasana yang penuh kegembiraan. Setiap anak lahir dengan unik dan talenta, termasuk anak-anak dengan menyandang down syndrome. Mereka setara dengan masyarakat lainnya, serta memiliki hak yang sama untuk dihargai dan dicintai.

"Melalui Down Syndrome's Got Talent, masyarakat tidak hanya diperlihatkan talenta anak penyandang down syndrome, namun juga memperlihatkan bahwa mereka juga bisa beraktifitas fisik sama seperti anak normal lainnya," ujar Retno.
 
Dalam upaya mengingkatkan kesadaran serta kepedulian masyarakat terkait anak-anak down syndrome, serta memberikan edukasi tentang deteksi dini kelainan kromosom saat kehamilan. Penyelenggara mengelar Roadshow kunjungan ke Pusat Informasi & Kegiatan (PIK) POTADS dalam rangka Road to TAB yang berlangsung di 7 kota besar di Indonesia pada bulan Februari hingga Mei mendatang.
 
Melalui kegiatan Roadshow kunjungan ke PIK POTADS, masyarakat akan mendapatkan banyak informasi seputar down syndrome, seperti testimoni dari orang tua yang memiliki anak penyandang down syndrome, serta apa dan bagaimana metode deteksi yang dilakukan oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan di masa kehamilan, serta kapan terjadinya penegakan diagnosis bahwa anak yang lahir menyandang down syndrome.
 
"Pada event tahun ini, kami juga menggelar Roadshow kunjungan ke PIK POTADS yang berada di beberapa kota untuk membuat video mini dokumenter sebagai wadah edukasi serta mengajak masyarakat melihat lebih dekat mengenai Down Syndrome. Fokusnya adalah memberi edukasi dan wawasan bagi orang tua yang baru pertama kali mengetahui anaknya menyandang Down Syndrome bahwa POTADS hadir sebagai support system untuk mereka," ungkap Retno.
 
"Dari gelaran Roadshow kunjungan PIK POTADS yang telah berlangsung, mendapat sambutan hangat dari para dokter spesialis kandungan dan kebidanan yang ikut terlibat sebagai narasumber dalam video mini dokumenter tersebut. Mereka membantu mengedukasi masyarakat soal down syndrome, terutama tentang momen-momen penuh tantangan yang sering dihadapi oleh orang tua. Mulai dari penanganan medis hingga dukungan sosial, semua jadi perhatian utama para dokter dalam mendampingi orang tua dengan anak down syndrome," tambahnya.

Down syndrome merupakan kondisi genetik yang terjadi ketika seseorang memiliki satu kromosom ekstra, yaitu total 47 kromosom di setiap sel tubuhnya, bukan 46 seperti pada umumnya. Kondisi ini dapat memengaruhi tumbuh kembang anak, baik secara fisik maupun medis. Anak dengan down syndrome umumnya memiliki ciri khas pada wajah dan postur tubuh, serta rentan terhadap gangguan kesehatan seperti masalah jantung, paru-paru, pendengaran, hingga pencernaan.
 
Tak sedikit orang tua yang merasa kaget atau bahkan terpukul saat mengetahui anak mereka memiliki kelainan genetik ini. Oleh karena itu, edukasi mengenai pentingnya pemeriksaan sejak dini sangat dibutuhkan. Salah satunya melalui acara tahunan Trisomy Awareness Bash, yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya skrining kromosom selama kehamilan.
 
Product Manager PT Cordlife Persada Intan Widya Sukma menjelaskan down syndrome sebenarnya bisa diketahui sejak awal kehamilan, tepatnya mulai usia kandungan 10 minggu, dengan melakukan pemeriksaan NIPT (Non-Invasive Prenatal Test).
 
“Dengan NIPT, calon orang tua dapat mengetahui kondisi genetik janin tanpa risiko terhadap kehamilan. Tes ini membantu mereka mempersiapkan diri secara mental, emosional, dan juga membangun support system yang dibutuhkan,” ujar Intan saat menghadiri Trisomy Awareness Bash ke-9 di Mandaya Royal Hospital Puri.
 
Intan juga menambahkan, bila dari hasil skrining ditemukan adanya kelainan kromosom, orang tua dapat mengambil langkah terbaik dalam menyambut kehadiran sang buah hati. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Whisnu M)