Pasukan Kamboja tembakan roket BM-21. (Siv Channa)
Ta Muen Thom: Ketegangan bersenjata antara Thailand dan Kamboja kembali memanas pada pertengahan Juli 2025, dengan serangkaian insiden di sepanjang perbatasan kedua negara. Konflik ini melibatkan tembakan senjata berat, serangan roket, drone pengintai, hingga penanaman ranjau darat, yang telah menimbulkan korban luka di pihak militer dan warga sipil.
Berikut ini rangkuman kronologis insiden berdasarkan pernyataan resmi dari pihak militer Thailand dan Kamboja.
Sengketa Candi di Perbatasan
Wilayah perbatasan Thailand dan Kamboja sejak lama menjadi lokasi sengketa, terutama terkait kepemilikan situs-situs bersejarah seperti Candi Ta Muen Thom dan Candi Preah Vihear. Melansir laporan Stanford FSI, meski Mahkamah Internasional (ICJ) pada 1962 memutuskan bahwa Candi Preah Vihear berada di wilayah Kamboja, batas administratif yang tidak jelas telah memicu interpretasi berbeda oleh kedua negara.
Putusan lanjutan ICJ tahun 2013 menegaskan bahwa daerah di sekitar candi juga berada di bawah kedaulatan Kamboja, namun Thailand tetap mempertahankan kehadiran militer di sejumlah titik perbatasan.
Sengketa ini berulang kali menjadi sumber ketegangan, dengan insiden militer yang kerap meletus di kawasan suci tersebut. Kompleks Candi Ta Muen Thom juga beberapa kali menjadi ajang patroli silang, yang kemudian menimbulkan konfrontasi bersenjata.
Keberadaan situs budaya yang dijaga ketat ini menambah sensitivitas konflik, karena serangan atau pelanggaran di area tersebut tidak hanya dianggap sebagai tindakan militer, tetapi juga pelecehan terhadap warisan nasional dan simbol kedaulatan. Oleh karena itu, insiden di wilayah candi menjadi perhatian khusus baik oleh UNESCO maupun komunitas internasional.
15 Juni-1 Juli 2025: Bocoran Pembicaraan Rahasia Picu Krisis Politik Thailand
Melansir The Guardian, ketegangan politik di
Thailand meningkat tajam usai tersebarnya rekaman percakapan telepon antara Perdana Menteri
Thailand Paetongtarn Shinawatra dan mantan Perdana Menteri
Kamboja Hun Sen pada
15 Juni.
Dalam rekaman tersebut, Paetongtarn memanggil Hun Sen dengan sebutan “paman”, menawarkan bantuan pribadi, dan mengkritik pejabat militer Thailand. Rekaman ini pertama kali bocor sebagian dan kemudian dipublikasikan utuh oleh Hun Sen sendiri.
Percakapan yang dimaksud berkaitan dengan upaya meredakan ketegangan perbatasan, namun justru memicu kemarahan publik
Thailand.
Banyak pihak menilai Paetongtarn terlalu naif atau bahkan mengkhianati kepentingan nasional. Akibatnya, pada
1 Juli 2025, Mahkamah Konstitusi Thailand memutuskan untuk menskors Paetongtarn dari jabatannya sambil menunggu penyelidikan etik.
Aksi protes yang melibatkan puluhan ribu demonstran menuntut pengunduran dirinya terjadi di Bangkok.
Di tengah tekanan tersebut, ayahnya sekaligus mantan PM Thaksin Shinawatra juga diperiksa di pengadilan dalam kasus penghinaan terhadap monarki. Situasi ini memperlemah posisi politik keluarga Shinawatra secara keseluruhan, di tengah spekulasi bahwa militer dan elit konservatif tengah bersiap mengambil alih kekuasaan.
23 Juli 2025: Ledakan Ranjau di Perbatasan
16:55 waktu setempat — Melansir pernyataan Juru Bicara Pasukan
Thailand, terjadi ledakan ranjau darat yang diduga dipasang oleh pihak
Kamboja di wilayah Chong An Ma, Distrik Nam Yuen, Provinsi Ubon Ratchathani. Lima personel Batalion Infanteri ke-14 terluka, salah satunya mengalami luka parah di kaki kanannya akibat menginjak alat peledak.
Empat lainnya menderita sesak dada dan tinnitus akibat gelombang kejut. Seluruh korban langsung dirawat di Rumah Sakit Nam Yuen.
Malam hari — Kepala Angkatan Darat Thailand, Jenderal Pana Claewplodtook, memerintahkan pengerahan kekuatan dari Army Area ke-1 dan ke-2 untuk bersiap dalam operasi "Chakraphong Phuwanat". Thailand mengutuk keras tindakan Kamboja yang dinilai melanggar hukum humaniter internasional.
24 Juli 2025: Eskalasi di Kompleks Candi Ta Muen
06:30 pagi — Menurut Kementerian Pertahanan Kamboja, pasukan Thailand disebut melakukan pelanggaran perbatasan dengan menaiki Candi Ta Muen Thom dan menyusup di area kaki candi.
07:04 pagi — Thailand menerbangkan drone pengintai selama dua menit di atas wilayah tersebut.
07:35 pagi — Pasukan Thailand mendeteksi suara UAV Kamboja di atas pangkalan mereka, meski tidak terlihat secara visual. Tidak terjadi kontak senjata pada saat ini.
08:20 pagi — Thailand menyatakan bahwa pasukan Kamboja melepaskan tembakan pertama ke arah markas operasional Thailand di sisi timur kompleks Ta Muen.
08:30 pagi — Kamboja menuduh Thailand mulai menembakkan senjata berat ke arah kompleks Candi Ta Muen Thom.
08:46 pagi — Kamboja mengklaim serangan Thailand meluas ke wilayah Ta Krabey, Phnom Khmao, dan Mome Bei, serta menjatuhkan dua bom dari pesawat tempur di sekitar Wat Kaew Sikkhakirivareak.
08:47 pagi — Menurut Kamboja, pasukan mereka baru membalas tembakan sebagai bentuk pembelaan diri terhadap agresi Thailand.
24 Juli 2025 Pukul 09:40: Serangan Roket ke Wilayah Sipil
09:40 pagi — Dua roket BM-21 yang diduga diluncurkan oleh pihak Kamboja menghantam area Pusat Pengembangan Wilayah Perbatasan di Distrik Kab Choeng, Provinsi Surin,
Thailand. Tiga warga sipil dilaporkan terluka dan langsung dievakuasi. Pasukan Thailand memperketat pengawasan dan menyatakan sedang menyiapkan respons kontingensi.
24 Juli 2025 Pukul 11:30: Serangan Udara Balasan Thailand
11:30 siang waktu setempat — Mengutip Khmer Times, ketegangan meningkat tajam saat pesawat tempur F-16 milik Angkatan Udara Kerajaan
Thailand melancarkan serangan udara terhadap posisi militer Kamboja di zona perbatasan yang disengketakan di Provinsi Preah Vihear. Ini merupakan penggunaan kekuatan udara pertama yang dikonfirmasi dalam konflik terbaru ini.
Serangan udara ini menandai eskalasi serius dari konflik bersenjata, yang sebelumnya masih terbatas pada kontak darat dan serangan artileri. Bentrokan darat dilaporkan telah terjadi sejak pagi hari di sekitar wilayah pegunungan Dangrek.
Tanggapan Resmi Kamboja dan Thailand
Mengutip pernyataan Juru Bicara Kementerian Pertahanan
Kamboja, Jenderal Mali Sujata, pihaknya mengutuk tindakan
Thailand sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan nasional. Kamboja menegaskan bahwa mereka hanya membalas serangan demi mempertahankan wilayah, dan menyebut penggunaan senjata berat serta bom oleh Thailand sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap Piagam PBB dan hukum internasional.
Kamboja menyatakan tetap berkomitmen menyelesaikan konflik secara damai melalui jalur diplomatik, namun juga menegaskan kesiapan total untuk membela kedaulatan nasional sesuai Pasal 51 Piagam PBB.
Sementara itu, Juru Bicara Angkatan Darat
Thailand dalam pernyataan terpisah menegaskan bahwa tindakan balasan termasuk serangan udara merupakan bentuk perlindungan atas personel militer dan warga sipil. Thailand menyebut serangan roket BM-21 oleh pihak
Kamboja ke wilayah pemukiman sebagai tindakan keji yang melanggar hukum kemanusiaan internasional.
Pemerintah Thailand menyatakan telah mengevakuasi warga dari area terdampak dan mempersiapkan segala opsi kontinjensi untuk menghadapi kemungkinan eskalasi lebih lanjut.