Menhan Singapura: Kami Akan Selalu Memihak Prinsip, Bukan Kekuatan

Menteri Pertahanan Singapura Chan Chun Sing. Foto: Channel News Asia

Menhan Singapura: Kami Akan Selalu Memihak Prinsip, Bukan Kekuatan

Fajar Nugraha • 2 June 2025 12:28

Singapura: Menteri Pertahanan Singapura Chan Chun Sing menegaskan bahwa negaranya akan memihak pada prinsip-prinsip tatanan internasional yang berbasis hukum dan kedaulatan, jika dihadapkan pada keharusan memilih pihak dalam persaingan geopolitik global.

“Jika kita harus memilih, maka kita akan memilih berpihak pada prinsip-prinsip yang menopang tatanan global di mana negara besar maupun kecil memiliki peluang adil untuk bersaing dan membangun kesejahteraan melalui perdagangan, bukan perang,” ujar Chan saat berbicara dalam sesi pleno terakhir Shangri-La Dialogue, Minggu 1 Juni 2025.

Melansir dari Channel News Asia, Senin 2 Juni 2025, pernyataan ini disampaikan dalam sesi bertajuk "Enhancing Security Cooperation for a Stable Asia-Pacific" yang turut dihadiri oleh Menteri Pertahanan Papua Nugini Billy Joseph dan Menteri Pertahanan Swedia Pal Jonson.

Agensi Negara Kecil

Chan menegaskan bahwa keterlibatan Asia Tenggara dengan kekuatan global seperti Amerika Serikat dan Tiongkok merupakan “kebutuhan geostrategis.” Namun, menurutnya, Singapura menilai setiap isu berdasarkan prinsip yang berlaku, bukan semata-mata pada aktor yang terlibat.

“Bagi Singapura, berpihak tanpa mempertimbangkan konteks dan isu justru membuat kita tidak relevan. Ketika suatu negara menjadi tidak relevan, maka ia akan terpaksa berpihak,” ujar Chan, yang untuk pertama kalinya hadir di Shangri-La Dialogue sebagai Menteri Pertahanan.

Merujuk pada perang di Ukraina, Chan menyebut bahwa konflik tersebut melibatkan berbagai kepentingan, mulai dari gangguan rantai pasok global hingga pelanggaran kedaulatan.

“Namun kepentingan tertinggi kita adalah bagaimana prinsip-prinsip internasional ditegakkan,” tambah Chan.

Ia memperingatkan bahwa bila sebuah negara, besar atau kecil, merasa berhak menginvasi negara lain atas dasar ingin meluruskan sejarah, maka dunia akan berada dalam kondisi sangat berbahaya, terutama bagi negara kecil seperti Singapura yang baru merdeka dalam 60 tahun terakhir.

Chan juga mengungkap bahwa Singapura dalam sejarahnya pernah mengambil sikap berbeda dari kekuatan besar, seperti saat menentang pelanggaran atas kebebasan navigasi dan ketika negara adidaya mengintervensi negara kecil lainnya.

“Risikonya tentu ada. Namun, risiko yang lebih besar adalah ketika prinsip tidak dijunjung oleh negara besar maupun kecil, maka dunia akan menjadi jauh lebih berbahaya,” kata Chan.

Menanggapi Dinamika AS-Tiongkok

Menjawab pertanyaan media terkait pidato Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth sehari sebelumnya yang menyebut Tiongkok sebagai “ancaman,” Chan mengatakan bahwa ia melihat keinginan tulus dari pihak AS untuk menjalin hubungan positif dengan kawasan.

“Tinggal bagaimana semua niat ini diterjemahkan dalam rencana aksi yang konkret dan terukur,” ungkap Chan.

Terkait ketidakhadiran Menteri Pertahanan Tiongkok Dong Jun dalam forum tahun ini, Chan mengingatkan agar publik tidak terlalu fokus pada siapa yang hadir atau tidak hadir.

“Yang penting adalah setiap delegasi dihargai kontribusinya, terlepas dari tingkat perwakilan yang dikirimkan,” ujarnya, sembari menambahkan bahwa 47 negara hadir tahun ini, naik dari 45 tahun lalu.

(Muhammad Reyhansyah)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)