Kardinal berkumpul di Vatikan untuk memberikan suara memilih penerus Paus Fransiskus. Foto: Vatican News
Vatikan City: Sebanyak 133 kardinal dari 69 negara berkumpul di Kapel Sistina untuk mengikuti konklaf kepausan guna memilih pemimpin baru bagi 1,4 miliar umat Katolik dunia, yang dimulai pada Rabu, 7 Mei 2025. Proses pemilihan ini mencatat sejumlah rekor baru, termasuk jumlah kardinal pemilih terbanyak dalam sejarah modern Gereja Katolik.
Mengutip dari Channel News Asia, Rabu, 7 Mei 2025, sebanyak 81,2 persen kaardinal dari 133 kardinal yang mengikuti konklaf ditunjuk oleh Paus Fransiskus selama masa kepemimpinannya. Dari total peserta, 108 kardinal akan mengalami konklaf pertama mereka, sementara hanya lima orang yang tersisa dari era Paus Yohanes Paulus II.
Komposisi global dan demografi kardinal pemilih
Eropa masih mendominasi dengan 52 kardinal, diikuti Amerika Utara dengan 20 kardinal, Asia dengan 23 kardinal, Amerika Latin dengan 17 kardinal, Afrika dengan 17 kardinal, dan Oseania dengan empat kardinal.
Untuk pertama kalinya, 15 negara seperti Haiti, Papua Nugini, dan Sudan Selatan memiliki perwakilan dalam konklaf.
Usia rata-rata kardinal adalah 70 tahun 3 bulan, dengan Uskup Agung Melbourne Mykola Bychok sebagai yang termuda yaitu 45 tahun dan Kardinal Carlos Osoro Sierra dari Spanyol sebagai yang paling senior, berusia 79 tahun 11 bulan. Meski tradisi Italia masih kuat dengan 17 kardinal, angka ini turun signifikan dari 28 orang pada konklaf 2013.
Prosedur pemilihan dan kriteria kemenangan
Pemilihan berlangsung dengan sistem pemungutan suara rahasia empat kali sehari. Calon paus membutuhkan 89 suara atau 2/3 mayoritas untuk terpilih.
Surat suara dibakar dalam dua kompor khusus - satu untuk dokumen, satu lagi untuk bahan kimia penghasil asap putih jika Paus baru terpilih atau hitam jika belum ada keputusan.
Sejarah mencatat konklaf abad ke-21 biasanya selesai dalam 2-5 hari. Proses tercepat terjadi pada 2005 ketika Paus Benediktus XVI terpilih dan 2013 ketika
Paus Fransiskus terpilih, yang masing-masing hanya membutuhkan dua hari. Sementara konklaf terlama pada era modern terjadi tahun 1922 dengan 14 putaran suara selama lima hari.
(
Muhammad Adyatma Damardjati)