Seorang pria Rohingya memperbaiki rumahnya di dekat Sittwe, Rakhine, Myanmar. (EFE-EPA FILE/STRINGER)
Medcom • 23 May 2024 12:27
Rakhine: Dua puluh delapan organisasi non-pemerintah atau LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) menyerukan komunitas global untuk mencegah kelompok milisi etnis bersenjata di Myanmar dalam melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap Rohingya, termasuk pengusiran paksa.
Puluhan LSM ini, termasuk Koalisi Rohingya Merdeka dan Organisasi Rohingya Burma Inggris (BROUK), mengeluarkan pernyataan bersama yang mendesak masyarakat internasional untuk menekan Tentara Arakan (AA) yang merupakan kelompok bersenjata yang mayoritasnya beragama Buddha.
AA didesak untuk berhenti melakukan pelanggaran HAM, termasuk mendorong pengungsian paksa secara massal terhadap etnis Rohingya di Rakhine. Puluhan LSM juga menyerukan penyaluran bantuan kemanusiaan internasional menyusul peningkatan kekerasan dan perpindahan paksa di negara bagian tersebut.
"Ribuan warga Rohingya mengungsi tanpa makanan, tempat tinggal, atau perawatan medis. Intervensi internasional sesegera mungkin sangat penting untuk mencegah kelaparan dan penyakit," kata para LSM, dikutip dari Anadolu Agency, Kamis, 23 Mei 2024.
Dalam pernyataan para LSM, AA telah memerintahkan warga Rohingya untuk mengungsi dari pusat kota Buthidaung, tempat tinggal sepertiga korban genosida pada 18 Mei 2017. Perintah disuarakan AA dengan menggunakan elemen ancaman, kekerasan, dan pembakaran.
Pernyataan puluhan LSM meliputi seruan kepada komunitas internasional untuk memastikan pengiriman bantuan aman ke seluruh wilayah terdampak, termasuk yang dikuasai AA. Selain itu, mereka juga meminta Bangladesh untuk membuka perbatasannya dalam membuka akses penyaluran bantuan kemanusiaan di Rakhine utara.
Para LSM juga meminta Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia dan badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OHCHR) dan badan lainnya untuk menyelidiki krisis di Rakhine, mengumpulkan berbaagai bukti untuk penuntutan, dan segera melaporkannya ke publik.
Saat ini, sekitar 600.000 Rohingya yang mayoritasnya adalah Muslim masih tinggal di Rakhine.
Lebih dari 750.000 pengungsi Rohingya, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah meninggalkan Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan tindakan keras terhadap komunitas minoritas Muslim pada Agustus 2017. (Theresia Vania Somawidjaja)
Baca juga: Rohingya Terjebak Pertempuran Separatis Arakan dan Militer Myanmar