Wakil Presiden Filipina Sara Duterte. Foto: Anadolu
Fajar Nugraha • 27 November 2024 15:37
Quezon City: Wakil Presiden Filipina, Sara Duterte, membantah tuduhan yang menyebut dirinya merencanakan pembunuhan terhadap Presiden Ferdinand Marcos Jr. Bantahan ini disampaikan beberapa jam setelah pihak pemerintah menyatakan bahwa Duterte dapat menghadapi tuntutan pidana atas dugaan ancaman tersebut.
Dalam konferensi pers, Duterte menjelaskan bahwa pernyataannya telah disalahartikan. Ia menyebut bahwa komentar terkait rencana balas dendam terhadap Presiden Marcos, istrinya, dan sepupunya, Martin Romualdez, hanya akan dilakukan jika dirinya menjadi korban pembunuhan.
“Pertanyaannya sekarang, apakah balas dendam dari kuburan bisa disebut kejahatan?,” ujar Duterte dikutip dari The Diplomat, Rabu, 27 November 2024.
“Pernyataan saya seharusnya dipahami dengan logika sederhana bahwa tindakan balas dendam bersyarat tidak dapat dianggap sebagai ancaman aktif. Itu hanyalah sebuah rencana tanpa tindakan nyata,” tambah Duterte.
Duterte juga menambahkan bahwa komentarnya itu dilontarkan dalam kondisi emosional akibat perselisihan dengan Presiden Marcos, yang sudah berlangsung lebih dari setahun.
Ia bahkan mengkritik pemerintah Marcos sebagai pemerintahan yang, menurutnya, gagal melayani rakyat Filipina dan lebih sibuk memusuhi lawan politik.
Meski Duterte telah meredam tuduhan dengan menjelaskan konteks pernyataannya, pihak berwenang tetap menyikapinya dengan serius. Presiden Marcos, dalam video yang dirilis melalui media sosialnya, menyatakan akan "melawan ancaman yang mengganggu ini".
Sementara itu, Biro Investigasi Nasional Filipina (NBI) telah memanggil Duterte untuk memberikan keterangan terkait dugaan ancaman serius tersebut.
Pihak Departemen Kehakiman mengatakan bahwa investigasi ini juga mencakup kemungkinan pelanggaran Undang-Undang Anti-Terorisme, serta untuk menyelidiki klaim Duterte tentang adanya ancaman terhadap nyawanya sendiri.