EKonomi Filipina. Foto: Unsplash.
Arif Wicaksono • 12 December 2023 12:38
Manila: Bank Sentral Filipina (BSP) akan mempertahankan suku bunga utamanya pada 6,50 persen untuk kedua kalinya pada Kamis, 14 Desember 2023, berkat pendinginan inflasi dan membaiknya mata uang. Inflasi turun ke level terendah dalam 20 bulan pada November mendekati target Bank Sentral Filipina sebesar 2-4 persen.
BSP mengatakan kebijakan moneter harus cukup ketat sampai ada bukti adanya tren penurunan yang berkelanjutan. Prospek hawkish tersebut berarti penurunan suku bunga tidak akan terwujud hingga kuartal ketiga 2024.
Sebagian besar dari 24 ekonom dalam jajak pendapat pada 5-11 Desember 2023 memperkirakan BSP akan mempertahankan suku bunga pinjaman pada 6,50 persen pada 14 Desember. Salah satu ekonom memperkirakan kenaikan suku bunga sebesar seperempat poin.
"Kecuali ada kejutan positif yang signifikan terhadap inflasi dan pengetatan kembali kondisi keuangan eksternal, siklus pengetatan kebijakan kemungkinan besar akan selesai," kata Ekonom EM Asia di JP Morgan, Jin Tik Ngai, dilansir Channel News Asia, Selasa, 12 Desember 2023.
"Kami memperkirakan pertumbuhan akan melemah pada tahun depan karena melambatnya pertumbuhan global dan investasi swasta. Namun, BSP lebih sensitif terhadap inflasi umum dibandingkan pertumbuhan, jadi kecuali terjadi resesi global atau hambatan deflasi yang signifikan, bank sentral akan mengambil keputusan yang tepat. penurunan suku bunga kemungkinan akan diukur," jelas dia.
Perkiraan median menunjukkan suku bunga dipertahankan hingga akhir kuartal kedua 2024, diikuti oleh pemotongan sebesar 50 basis poin di masing-masing dua kuartal tersisa tahun ini, sama dengan perkiraan The Fed.
Namun, tidak ada konsensus di antara mereka yang memberikan ekspektasi untuk kuartal ketiga tahun depan dengan sekitar setengahnya memperkirakan tingkat suku bunga sebesar 6,00 persen. Empat ekonom memperkirakan suku bunga sebesar 6,50 persen dan tiga masing-masing sebesar 6,25 persen dan 5,75 persen. Ada yang memperkirakan tingkat kebijakan sebesar 5,50 persen pada akhir kuartal ketiga.
"Dengan risiko inflasi yang masih cenderung ke atas, mungkin masih terlalu dini untuk melakukan penurunan suku bunga. Perekonomian memerlukan waktu untuk berhenti sejenak untuk memastikan bahwa kebijakan moneter ketat BSP berdampak pada perekonomian," kata Ekonom ASEAN di HSBC Aris Dacanay.