Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa. MI/Insi Nantika Jelita
Eko Nordiansyah • 27 November 2025 10:30
Jakarta: Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa meyakini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menembus rekor baru di posisi 8.602 pada perdagangan Rabu, 26 November 2025, disebabkan oleh kuatnya fondasi ekonomi Indonesia.
“Kalau enggak ada optimisme di perekonomian, itu enggak akan naik ke 8.600,” kata Purbaya di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, dilansir dari Antara, Kamis, 27 November 2025.
Purbaya menambahkan investor pasar modal cenderung menunjukkan sikap berorientasi ke depan atau forward looking. Artinya, mereka akan menaruh kepercayaan yang lebih baik bila perekonomian memiliki fondasi yang cukup baik untuk mencetak kinerja yang lebih progresif di masa mendatang.
“Ketika investor merasa ekonomi membaik dan program pembangunan ke depan lebih jelas, mereka akan berekspektasi pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat betulan bisa terjadi,” ujar Purbaya.
Meski saat ini belum bisa dikatakan perekonomian tumbuh secepat yang dibayarkan, kata Purbaya, namun investor akan mampu menghitung proyeksi ke depan sebagai basis keputusan investasi mereka.
“Harusnya kalau diinterpolasikan ke saham, seperti itu. Mungkin enggak sekarang, tapi mereka kan lihatnya ke depan, forward looking. Ada beberapa (saham) yang ‘gorengan’, tapi yang lain naik juga kan,” tambah Menkeu.
Baca Juga :

(Ilustrasi. Foto: Dok MI)
Sebagai catatan, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu sore ditutup menguat 80,24 poin atau 0,94 persen ke posisi 8.602,13. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 7,61 poin atau 0,89 persen ke posisi 864,77.
Dibuka menguat, IHSG betah di teritori positif hingga penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua IHSG masih betah di zona hijau hingga penutupan perdagangan saham.
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, delapan sektor menguat yaitu dipimpin sektor energi yang naik sebesar 2,11 persen, diikuti oleh sektor keuangan dan sektor barang baku yang masing-masing naik sebesar 1,79 persen dan 1,38 persen.
Sedangkan tiga sektor melemah yaitu sektor transportasi & logistik turun paling dalam sebesar 0,41 persen, diikuti oleh sektor kesehatan dan sektor industri yang masing-masing turun 0,28 persen dan 0,02 persen
Adapun saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu JAWA, DNAR, UNTD, CASA dan MINA. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni SMDM, DEPO, KUAS, WEHA dan SWID.
Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 2.701.161 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 53,99 miliar lembar saham senilai Rp26,73 triliun. Sebanyak 293 saham naik, 365 saham menurun, dan 149 tidak bergerak nilainya.