Ilustrasi. Foto: Dok Medcom.id
Siti Yona Hukmana • 9 September 2023 09:52
Jakarta: Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Rycko Amelza Dahniel ingin pengembangan organisasi. Sebab, jumlah anggotanya tidak cukup untuk menilai atau assessment 961 objek vital di Indonesia untuk mencegah penyusupan teroris.
"Hanya 15 orang untuk melakukan assessment terhadap 961 objek vital dengan sekian ribu petugas-petugas yang memiliki risiko tinggi," kata Rycko dalam acara konsolidasi kebangsaan di Jakarta dikutip Sabtu, 9 September 2023.
Salah satu objek vital yang menjadi target assessment atau penilaian untuk mencegah penyusupan pelaku tindak pidana terorisme adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Menurut Rycko, tugas-tugas pegawai BUMN memiliki risiko tinggi.
"Dapat menyebabkan terjadinya kesalahan, mengakibatkan korban yang besar, mengganggu perekonomian nasional," ujar Rycko.
Rycko mengatakan struktur organisasi BNPT sejatinya sudah ideal dengan 15 orang itu. Namun, jumlahnya perlu diperbanyak agar proses assessment maksimal.
"Oleh karena itu kami sedang mengusulkan ini, mengusulkan pengembangan organisasi BNPT sesuai dengan amanat undang-undang yang baru Nomor 5 Tahun 2018 (tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme)," ungkap Rycko.
Rycko mengatakan BNPT tengah melanjutkan peningkatan assessment di BUMN. Perusahaan pelat merah ini menjadi sarang penyusupan teroris. Banyak pegawai BUMN ditangkap kasus terorisme. Rycko pun mengakui masih ada jaringan radikal di BUMN.
"Nah asesmen dari BNPT itu nanti melihat yang pertama kategorinya toleran, yang kedua adalah intoleran yang pasif, intoleran aktif nah kemudian terpapar. Kita akan buat kategori seperti itu. Setelah itu kami melihat apakah mereka terafiliasi dalam satu jaringan terorisme," jelas Rycko.
Orang-orang yang terpapar nantinya akan dibina oleh BNPT. Mereka akan diikutsertakan dalam program deradikalisasi.