Penyintas Gempa Maroko di Desa Terpencil Butuh Makanan dan Tempat Berlindung

Seorang pria berjalan di lokasi terdampak gempa di Moulay Brahim, Maroko, 10 September 2023. (Fernando Sanchez/Europa Press via AP)

Penyintas Gempa Maroko di Desa Terpencil Butuh Makanan dan Tempat Berlindung

Willy Haryono • 11 September 2023 11:17

Marrakesh: Bantuan darurat berupa makanan, air dan tempat berlindung dibutuhkan para korban terdampak gempa bumi di Maroko, terutama mereka yang tinggal di desa-desa terpencil. Hingga hari Minggu, 10 September 2023, mereka mengaku masih belum mendapat cukup bantuan dari pemerinth.

Gempa bumi dengan magnitudo 6,8 yang melanda Maroko pada Jumat pekan lalu telah menyebabkan lebih dari 2.100 orang tewas, dan diperkirakan jumlah korban akan terus bertambah.

Dilansir dari Middle East Eye, banyak warga Maroko yang terdampak gempa menghabiskan tiga malam terakhir di area terbuka karena khawatir akan terjadi gempa susulan yang dapat meruntuhkan tempat berlindung mereka.

Di desa-desa terpencil di pegunungan High Atlas, dekat episentrum gempa, banyak korban selamat yang menunggu bantuan darurat. Namun, akses ke area pegunungan tersebut sulit karena kerusakan beberapa jembatan. Militer Maroko telah mengirimkan helikopter untuk mencapai daerah tersebut.

Berdasarkan laporan televisi pemerintah Maroko, jumlah korban tewas akibat gempa bumi telah bertambah menjadi 2.122 orang, sementara 2.421 orang lainnya mengalami luka-luka.

Pada malam Minggu, Raja Maroko Mohammed VI mengucapkan terima kasih kepada Spanyol, Qatar, Inggris, dan Uni Emirat Arab (UEA) atas bantuan yang telah mereka kirimkan. Unggahan ini dibagikan melalui X, media sosial yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.

Kerusakan terhadap warisan budaya Maroko semakin tampak ketika media lokal melaporkan bahwa sebuah masjid bersejarah yang penting dari abad ke-12 telah runtuh akibat gempa. Gempa ini juga merusak sebagian dari kota tua Marrakesh, yang merupakan salah satu situs Warisan Dunia UNESCO.

Di Moulay Brahim, sebuah desa sekitar 40 kilometer selatan Marrakesh, warga menggambarkan bagaimana mereka secara manual mengevakuasi jenazah korban dari reruntuhan bangunan.

Kekurangan Air dan Makanan

Di lereng bukit yang menghadap desa, mereka mengubur seorang wanita berusia 45 tahun bersama dengan putranya yang berusia 18 tahun. Seorang perempuan terlihat menangis tersedu-sedu saat jenazah tersebut dikebumikan.

Hussein Adnaie, yang berusaha menyelamatkan anak-anaknya dan mencari perlindungan untuk mereka serta pakaian dari reruntuhan rumahnya, mengaku yakin bahwa masih ada orang yang terperangkap dalam reruntuhan di sekitarnya.

"Saya menyelamatkan anak-anak saya, dan saya berusaha mendapatkan perlindungan untuk mereka dan pakaian apa pun yang bisa mereka pakai dari rumah," ujar Adnaie.

Yassin Noumghar, 36, mengeluhkan kekurangan air, makanan, dan listrik. Ia menyatakan bahwa mereka baru menerima sedikit bantuan dari pemerintah.

"Kami kehilangan segalanya, kami kehilangan seluruh rumah," kata Noumghar. "Kami hanya ingin pemerintah membantu kami," tambahnya.

Beberapa waktu kemudian, karung-karung makanan turun dari sebuah truk di Moulay Brahim, yang dikatakan oleh pejabat setempat Mouhamad al-Hayyan telah diorganisir oleh pemerintah dan organisasi masyarakat sipil. Hingga saat itu, 25 jenazah telah dibawa ke klinik kecil di desa tersebut.

Struktur bangunan di Moulay Brahim, yang sebagian besar terbuat dari batu bata lumpur, kayu, atau semen dan balok angin, mudah runtuh. Gempa bumi ini merupakan yang paling mematikan di Maroko sejak tahun 1960, ketika gempa kala itu diperkirakan menewaskan setidaknya 12.000 orang.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Willy Haryono)