Perusahaan Malaysia Siap Investasi Rp10 Triliun ke Industri Microprotein untuk MBG

Ilustrasi siswa penerima MBG. Foto: dok MI.

Perusahaan Malaysia Siap Investasi Rp10 Triliun ke Industri Microprotein untuk MBG

Ade Hapsari Lestarini • 30 November 2025 20:30

Yogyakarta: Perusahaan teknologi pangan asal Malaysia, Ultimeat, menyatakan kesiapannya menanamkan investasi besar untuk membangun industri microprotein di Indonesia sebagai dukungan terhadap pemenuhan protein Program Makan Bergizi Gratis (MBG).

 
CEO Ultimeat, Edwin Lee San Yang, menjelaskan microprotein dibuat melalui fermentasi singkong dan gula selama tujuh hari, seluruhnya dapat disuplai oleh petani Indonesia. "Ini 100 persen bahan baku lokal," ujar dia dalam forum BGN-Kadin DIY, dikutip Minggu, 30 November 2025.
 
Microprotein dapat menjadi substitusi daging sapi, ayam, maupun susu dalam menu MBG. Ultimeat menyiapkan investasi sekitar USD600 juta atau mendekati Rp10 triliun untuk dua pabrik di Lampung dan Malang. Setiap pabrik membutuhkan pasokan besar -dua juta ton singkong dan satu juta ton gula per tahun- untuk mencapai kapasitas produksi penuh.
 
Microprotein dijual sekitar Rp56 ribu per kilogram, lebih rendah dibanding harga ayam maupun daging sapi. Produknya memiliki protein tinggi dan serat beta-glucan, serta rasa dasar yang netral sehingga dapat dibentuk menjadi berbagai produk. Dalam forum tersebut, sampel nugget dan patty microprotein disajikan dan disebut peserta memiliki rasa mirip ayam dan daging sapi.

 

Tahap awal 9 ton microprotein

 
Sebagai tahap awal, Ultimeat telah menyiapkan sembilan ton microprotein untuk diuji coba di 30 SPPB di Yogyakarta, Pemalang, dan Malang. Selama dua hari dalam dua pekan, dapur MBG akan mengolahnya secara gratis sambil menunggu izin distribusi.
 
Finance Director Sam Kin Kit menyebut Ultimeat juga membidik pasar retail dan industri makanan olahan agar tidak bergantung penuh pada MBG. "Kami ingin membentuk industri protein lokal yang kuat," kata dia.
 
Dalam sesi kepada media, Epi Taufik, Tim Pakar BGN Bidang Susu, menegaskan inovasi protein alternatif dapat membantu pasokan nasional, namun penerimaan rasa oleh anak-anak tetap menjadi syarat pertama. "Kalau rasanya tidak cocok, tidak bisa masuk MBG," tegas dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Ade Hapsari Lestarini)