Foto udara memperlihatkan salah satu sudut negara Monako. (ovationdmc)
Jakarta: Isu mitigasi bencana alam terus menjadi sorotan dunia seiring meningkatnya frekuensi cuaca ekstrem dan aktivitas geologis di berbagai wilayah. Namun, tidak semua negara berada pada tingkat kerentanan yang sama.
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana, terdapat sepuluh negara yang dinilai paling aman dari ancaman bencana besar karena ditopang oleh kondisi geografis, stabilitas tektonik, serta kapasitas penanganan risiko yang kuat. Daftar ini memberikan gambaran tentang wilayah dengan potensi bencana paling rendah sekaligus kesiapan sistem yang relatif baik.
1. Andorra
Andorra menempati posisi teratas sebagai negara paling aman dari bencana alam. Negara kecil di Pegunungan Pyrenees ini nyaris tidak memiliki catatan gempa bumi besar dan lokasinya jauh dari laut terbuka. Dengan skor Indeks Risiko Bencana sekitar 0,22, Andorra menunjukkan tingkat ketahanan yang sangat tinggi terhadap ancaman alam.
Selain faktor geologi, sistem tata ruang Andorra yang ketat dan kepadatan penduduk yang relatif rendah turut memperkecil potensi kerugian jika terjadi bencana. Negara ini juga memiliki layanan darurat yang responsif serta infrastruktur yang dirancang untuk menghadapi kondisi cuaca ekstrem di wilayah pegunungan.
2. Monako
Monako berada di peringkat kedua sebagai negara dengan risiko bencana yang sangat rendah. Wilayah ini dikelilingi daratan Prancis dan tidak berada di dekat jalur patahan aktif maupun kawasan vulkanik. Secara ekonomi, Monako juga sangat kuat, sehingga kemampuan pemulihannya tergolong sangat tinggi apabila terjadi gangguan alam.
Meski berada di pesisir Laut Mediterania, Monako memiliki sistem pertahanan pantai yang baik dan perencanaan kota yang sangat terkontrol. Infrastruktur modern, standar bangunan yang ketat, serta sistem peringatan dini yang memadai semakin memperkuat ketahanan negara ini dari ancaman bencana.
3. San Marino
San Marino, negara kecil yang berada di wilayah tengah Italia, memiliki risiko bencana yang sangat minim. Letaknya yang sepenuhnya dikelilingi daratan membuat ancaman tsunami hampir tidak ada. Aktivitas gempa juga jarang dan umumnya berasal dari wilayah luar yang dampaknya relatif kecil.
Karakter wilayah berbukit dan tidak padat penduduk membantu mengurangi risiko banjir besar. Pemerintah San Marino juga mengandalkan sistem peringatan dini Italia serta kerja sama lintas wilayah untuk mitigasi bencana, terutama terkait potensi longsor akibat hujan lebat.
4. Singapura
Singapura dikenal sebagai negara yang sangat jarang terdampak bencana alam besar. Meski sesekali merasakan getaran ringan dari aktivitas seismik di negara tetangga, posisinya relatif aman karena terlindungi oleh Malaysia di utara dan perairan dangkal di selatan.
Keunggulan utama Singapura terletak pada sistem mitigasi non-strukturalnya, seperti tata kelola drainase yang sangat maju untuk mencegah banjir, pemantauan cuaca berbasis teknologi tinggi, serta kesiapsiagaan publik yang kuat melalui latihan bencana rutin.
5. Luksemburg
Luksemburg termasuk negara Eropa yang aman dari bencana besar karena tidak berada di atas patahan geologis aktif dan jauh dari wilayah pesisir. Ketiadaan risiko tsunami dan rendahnya potensi gempa menjadikan negara ini salah satu yang paling stabil secara alamiah.
Selain faktor geografis, Luksemburg memiliki standar konstruksi bangunan yang sangat tinggi serta sistem asuransi dan perlindungan sosial yang kuat, sehingga risiko kerugian jangka panjang akibat bencana dapat ditekan secara signifikan.
6. Sao Tome dan Principe
Negara kepulauan Sao Tome dan Principe berada di atas Lempeng Afrika yang relatif stabil. Kondisi ini membuat negara tersebut minim ancaman gempa tektonik besar dan jarang mengalami bencana berskala masif.
Ancaman utama negara ini lebih berkaitan dengan cuaca ekstrem dan kenaikan permukaan laut akibat perubahan iklim. Namun, rendahnya aktivitas seismik tetap menjadikan Sao Tome dan Principe sebagai salah satu wilayah paling aman di kawasan Samudra Atlantik.
7. Liechtenstein
Liechtenstein berada di antara Austria dan Swiss, dua negara daratan yang relatif stabil. Letaknya yang tidak memiliki garis pantai membuat negara ini terbebas dari ancaman tsunami. Gempa kecil masih mungkin terjadi, namun jarang bersifat merusak.
Sistem infrastruktur Liechtenstein sangat bergantung pada standar Swiss yang dikenal tahan terhadap guncangan dan cuaca ekstrem. Selain itu, wilayah pegunungan yang terkelola dengan baik membantu menekan potensi longsor.
8. Belarusia
Belarusia terletak jauh dari laut dan berada di atas bagian tua serta stabil dari Lempeng Eurasia. Risiko gempa bumi tergolong rendah hingga sedang, dan dalam satu dekade terakhir hanya tercatat satu gempa yang cukup signifikan.
Ancaman bencana di Belarusia lebih banyak berasal dari banjir musiman akibat mencairnya salju. Namun, sistem pengelolaan sungai dan bendungan yang terkontrol membuat dampaknya dapat diredam secara efektif.
9. Bahrain
Bahrain berada di kawasan Teluk Persia dan terlindungi oleh daratan Iran, Arab Saudi, Kuwait, serta Uni Emirat Arab. Posisi ini membuat risiko tsunami sangat kecil. Bahrain juga berada di atas Lempeng Arab yang relatif stabil sehingga ancaman gempa bumi tergolong rendah.
Tantangan utama Bahrain justru berasal dari suhu ekstrem dan kenaikan permukaan laut. Meski demikian, negara ini memiliki infrastruktur pesisir dan sistem perlindungan pantai yang cukup baik untuk menekan dampak lingkungan jangka panjang.
10. Malta
Malta berada di wilayah Laut Mediterania yang pernah tercatat sebagai zona seismik. Namun, berdasarkan data sejarah, gempa besar sangat jarang terjadi. Sistem infrastruktur dan pengelolaan air di Malta juga dinilai mampu meminimalkan dampak bencana.
Sebagai negara kepulauan kecil, Malta menghadapi risiko cuaca ekstrem dan erosi pantai. Namun, penerapan standar bangunan tahan gempa serta penguatan kawasan pesisir membuat tingkat kerentanannya tetap rendah dibanding kawasan Mediterania lain. (
Keysa Qanita)
Baca juga:
Daftar 10 Negara Teraman di Dunia Versi Global Peace Index 2025