Bendera Taiwan. (AP)
Willy Haryono • 10 January 2024 16:03
Taipei: Pemilihan umum (pemilu) Taiwan sudah di depan mata. Jika sesuai rencana, pemilu presiden dan parlemen Taiwan akan digelar pada Sabtu pekan ini.
Pemilu Taiwan kali ini akan berlangsung di bawah bayang-bayang Tiongkok yang menyebut pemungutan suara tersebut sebagai pilihan antara "perdamaian atau perang."
Namun siapa pun yang memenangkan pemilu, tekanan militer dan ekonomi Beijing terhadap Taiwan dapat terus berlanjut dan bahkan mungkin meningkat, kata pejabat keamanan Taiwan.
Tiongkok mengeklaim Taiwan sebagai wilayahnya, meski ada keberatan keras dari pemerintahan di Taipei. Selama ini, Tiongkok tidak pernah mengesampingkan penggunaan kekuatan militer untuk menjadikan Taiwan kembali berada di bawah kendali Beijing.
Selain signifikansi teritorialnya bagi Beijing, Taiwan juga merupakan pusat kekuatan semikonduktor global dan rumah bagi pembuat chip kontrak terbesar di dunia, TSMC.
Mengutip dari Asiaone, Rabu, 10 Januari 2024, hal yang dipertaruhkan dalam pemilu ini adalah masa depan hubungan Taiwan dan Tiongkok. Dua partai besar di Taiwan mendukung kedaulatan Taiwan, namun memiliki pandangan berbeda mengenai hubungan dengan Tiongkok.
Wakil Presiden Lai Ching-te, calon presiden dari Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa, telah mendesak masyarakat untuk tidak terpengaruh ancaman Tiongkok, sembari menawarkan dialog dengan Tiongkok dan berjanji untuk tidak mengganggu status quo.
"Taiwan berdiri di garis depan konfrontasi antara demokrasi dan totalitarianisme," kata Lai dalam kampanye pada Selasa kemarin.