Isu Fufufafa, Prabowo Dinilai Tak Gampang Dihasut

Presiden terpilih Prabowo Subianto/Medcom.id

Isu Fufufafa, Prabowo Dinilai Tak Gampang Dihasut

M Sholahadhin Azhar • 12 September 2024 22:31

Jakarta: Presiden terpilih Prabowo Subianto, dinilai tak gampang dihasut oleh isu yang berseliweran. Contohnya, terkait akun Kaskus Fufufafa, yang disebut sengaja diembuskan.

"Pak Prabowo sendiri adalah seorang pemimpin yang berjiwa besar yang tidak gampang dihasut dan diadu domba dengan rumor dan intrik," kata Komandan Relawan TKN Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di Pilpres 2024, Haris Rusly Moti, dalam keterangan yang dikutip Kamis, 12 September 2024.

Menurut dia, rumor politik terkait Fufufafa sengaja diembuskan, untuk mengeksloitasi cerita kampanye di masa yang lampau. Tujuannya, supaya merenggangkan hubungan baik presiden terpilih Prabowo Subianto dengan Presiden Jokowi dan Wapres terpilih Gibran Rakabuming Raka.
 

Baca: Gerindra Tepis Hubungan Prabowo-Gibran Retak Imbas Akun Fufufafa

Haris melihat hal itu merupakan intrik politik yang tidak terlalu canggih dan terlalu gampang dibaca arahnya. "Saya cukup yakin upaya adu domba yang dilakukan dengan menebar rumor dan intrik halus seperti itu Insya Allah menuai hasil tangan hampa, gagal," ucapnya.

Prabowo, kata Haris, selalu mengimbau seluruh relawan, pendukung, dan pemilih Prabowo-Gibran untuk senantiasa berlapang dada dan berjiwa besar. Khususnya, dalam menghadapi setiap dinamika politik, agar tidak gampang dihasut dan diadu domba.

Dia mengatakan Prabowo bukan tipe pemimpin kuping tipis yang gampang dihasut melalui rumor yang telah menjadi jejak sejarah. "Jika kita mengubek-ubek jejak digital di masa lalu, maka tidak ada yang sempurna di masa lampau," kata dia.

Haris menganalisis tujuan besar penyebar rumor dan intrik politik. Menurut dia, tujuan utamanya untuk melemahkan konsolidasi pemerintahan Prabowo-Gibran di pemerintahan.

Bila upaya itu berhasil, kata dia, pemerintahan yang baru seumur jagung itu akan alami puso, punah atau kerdil sebelum berkembang. Haris melihat pengemban rumor dan intrik politik tersebut mendaur ulang teknik di masa lampau untuk memecah hubungan baik antara Presiden dengan Wapres untuk tujuan akhir menjatuhkan pemerintahan.

"Jika kita belajar sejarah, Soekarno dibenturkan dengan Bung Hatta, Presiden Soeharto diadudomba dengan Habibie, Gus Dur dibenturkan dengan Megawati hingga SBY yang pernah dikocok dihadapkan dengan Jusuf Kalla melalui isu matahari kembar," katanya.

Haris mengatakan Indonesia sebagai negara demokrasi, pada prinsipnya memberi toleransi pada residu politik, termasuk residu Pilpres. Sepanjang residu itu sebagai pewarna demokrasi, tanpa mengubah zat di dalam landasan dan tujuan pemerintahan yang digariskan konstitusi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(M Sholahadhin Azhar)