PM baru Jepang, Shigeru Ishiba umumkan pemilu dadakan pada 27 Oktober. (Getty Images)
Marcheilla Ariesta • 30 September 2024 18:19
Tokyo: Hanya tiga hari setelah terpilih sebagai pemimpin baru partai berkuasa Jepang, Perdana Menteri baru Shigeru Ishiba mengumumkan rencana untuk pemilihan umum dadakan pada 27 Oktober.
Ishiba (67), menggantikan perdana menteri yang akan lengser, Fumio Kishida, sebagai ketua Partai Demokrat Liberal (LDP) pada Jumat, setelah persaingan ketat yang membuatnya memperoleh lebih banyak suara daripada delapan kandidat lainnya.
Karena LDP memiliki mayoritas parlemen, Ishiba akan disetujui sebagai perdana menteri oleh parlemen pada Selasa, 1 Oktober 2024.
"Penting bagi pemerintahan baru untuk dinilai oleh rakyat sesegera mungkin," kata Ishiba pada konferensi pers di Tokyo pada Senin, 30 September 2024, dilansir dari BBC.
Pemilihan umum, yang akan berlangsung lebih dari setahun sebelum jatuh tempo, akan memutuskan partai mana yang menguasai majelis rendah parlemen.
Hari ini, Ishiba juga mulai memilih pejabat pemerintah dan partai yang akan bertarung dalam pemilihan umum mendatang bersamanya, termasuk dua mantan perdana menteri yang berpengaruh, yakni Taro Aso, sebagai penasihat, dan Yoshihide Suga, sebagai wakil presiden.
Ishiba juga meminta Shinjiro Koizumi, pesaing populer dalam pemilihan kepemimpinan pada pemilihan Jumat yang memiliki reputasi baik di mata publik Jepang, untuk menjabat sebagai kepala strategi pemilihan.
Namun, Sanae Takaichi, konservatif perempuan garis keras yang dikalahkan Ishiba dalam putaran kedua pemilihan Jumat, tidak termasuk dalam pilihan Ishiba.
Setelah memenangkan pemilihan kepemimpinan hari Jumat, Ishiba mengatakan ia akan merevitalisasi ekonomi Jepang, mengatasi ancaman keamanan, dan membersihkan LDP, yang peringkat persetujuannya telah anjlok dalam beberapa bulan terakhir di tengah skandal publik dan konflik internal.
Skandal-skandal ini terutama terungkapnya sejauh mana pengaruh Gereja Unifikasi Jepang yang kontroversial dalam LDP, serta kecurigaan bahwa fraksi-fraksi partai tidak melaporkan pendanaan politik selama beberapa tahun.
Kontroversi terakhir memicu kemarahan publik dan melukai posisi politik Perdana Menteri Kishida saat itu. Hal tersebut yang menyebabkan pengumumannya pada Agustus, bahwa ia tidak akan mencalonkan diri kembali sebagai pemimpin LDP.
"Dalam pemilihan presiden mendatang (untuk LDP), penting untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa partai akan berubah," kata Kishida dalam konferensi pers bulan lalu, saat mengumumkan keputusannya untuk tidak mencalonkan diri lagi.
"Untuk ini, pemilihan umum yang transparan dan terbuka serta debat yang bebas dan bersemangat penting,” serunya.
Tak lama setelah memangku jabatan pada Jumat, Ishida menggemakan kata-kata pendahulunya.
"Kita harus menjadi partai yang membiarkan anggota membahas kebenaran dengan cara yang bebas dan terbuka, partai yang adil dan tidak memihak dalam semua hal, dan partai yang rendah hati," katanya kepada wartawan.
Meskipun ada skandal, LDP, yang telah berkuasa di Jepang selama sebagian besar era pascaperang, tetap menjadi partai politik paling populer di negara itu.
Dua minggu terakhir masa kampanye untuk kepemimpinannya juga dilihat oleh para ahli sebagai audisi untuk pemilihan umum – yang berarti para kandidat tidak hanya menampilkan diri mereka kepada sesama anggota partai tetapi juga kepada publik, dalam upaya untuk memenangkan hati para pemilih.
Baca juga: PM Baru Jepang Segera Isi Jabatan Penting, Termasuk Menlu dan Menhan