Jangan Sampai Terlambat Cegah Cacar Monyet

Ilustasi cacar monyet. Foto: Medcom.id.

Jangan Sampai Terlambat Cegah Cacar Monyet

Media Indonesia • 26 August 2024 20:21

Jakarta: Epidemiolog Masdalina Pane mengingatkan agar pemerintah tidak terlambat mencegah penyebaran cacar monyet atau Mpox. Sebab, masalah klasik dari pencegahan kasus menular adalah keterlambatan pencegahan dan penanganan kasus.

"Masalah klasik kita adalah keterlambatan dalam menemukan initial case (kasus pertama) yang biasanya kasus impor," kata Masdalina saat dikutip dari Media Indonesia, Senin, 26 Agustus 2024.

Menurut Masdalina, kasus yang ditemukan lebih baik langsung ditangani agar tidak menyebar. Pemerintah juga diminta segera melakukan surveilans aktif di pintu masuk terutama untuk wisatawan atau turis yang datang.

Pemantauan ketat harus dilakukan terhadap turis dari negara terjangkit. Seperti Afrika, Thailand, hingga Filipina.

"Lalu, dari situ bisa diamati selama masa inkubasi terpanjang, jika tidak muncul gejala maka follow up bisa dihentikan. Selain itu pemerintah aga meningkatkan community awareness melalui komunikasi risiko yang sederhana dan jelas," ujar Masdalina.
 

Baca juga: 

Bandara I Gusti Ngurah Rai Antisipasi Sebaran Mpox di Indonesia


Jika ada suspek di sekitar segera bawa ke rumah sakit untuk dilakukan tes melalui lab PCR. Jika positif, segera lakukan kontak tracing dan pengendalian kasus dan kontak erat melalui vaksinasi, deteksi dini gejala pada kontak erat dan segera melakukan tes jika bergejala, hingga pengobatan untuk kasus.

"Untuk masyrakat umum diminta untuk meningkatkan kesehatan melalui PHBS, tingkatkan protokol kesehatan dan lindungi bayi dan anak-anak yang kontak dengan kasus konfirmasi karena clyde 1b lebih banyak menginfeksi anak-anak dibandingkan 2a dan 2b," jelasnya.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan kasus Mpox di Thailand berasal dari negara benua Afrika. Virus tersebut terdeteksi karena strain varian clade 1b.

"Itu yang fatality ratenya lebih tinggi. kalau di Indonesia adanya yang clade 2. Jumlah 88 kasus dari 2022 karna pada 2023 sempat naik tapi turun kembali. Di Indonesia sendiri tahun 2024 mungkin ada sekitar 12 atau 14 dan belum ada lagi akhir-akhir ini," ucap Budi. (M Iqbal Al Machmudi)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Anggi Tondi)