Tokyo: Seorang pria asal
Tiongkok ditangkap dan dua lainnya masuk daftar pencarian orang (DPO) setelah diduga merusak kuil perang Yasukuni di Tokyo,
Jepang dengan tulisan ‘toilet’ yang dicat semprot. Insiden ini menambah ketegangan di kawasan, mengingat kuil tersebut telah lama menjadi kontroversi di Asia.
“Jiang Zhuojun, yang tinggal di utara Tokyo, ditahan karena dicurigai melakukan perusakan dan tidak menghormati tempat ibadah," ujar juru bicara kepolisian metropolitan Tokyo, seperti dikutip
Malay Mail, Rabu, 10 Juli 2024.
Polisi juga mengeluarkan surat perintah penangkapan serta memasukkan nama ke dalam DPO untuk dua pria Tiongkok lainnya, Dong Guangming dan Xu Laiyu. Namun, juru bicara kepolisian menyatakan bahwa kedua tersangka tampaknya telah meninggalkan Jepang.
Menurut penyelidikan, Jiang bersama Dong diduga mengecat kata ‘toilet’ dengan warna merah di pilar kuil pada 31 Mei, sementara Xu merekam tindakan mereka. Sebuah video yang diposting di media sosial Tiongkok menunjukkan seorang pria tampak buang air kecil di pilar batu sebelum mengecatnya dengan cat semprot, demikian dilaporkan media setempat.
Dong sebelumnya mengakui perusakan tersebut kepada stasiun televisi Jepang TBS, tetapi menyatakan tidak akan melapor ke polisi karena tindakan itu merupakan protes terhadap pelepasan air limbah yang telah diolah oleh Jepang dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima yang lumpuh.
Meskipun Badan Pengawas Atom PBB menyatakan pembuangan tersebut tidak berbahaya, Tiongkok bersama Rusia melarang semua impor makanan laut dari Jepang, menyebut Tokyo memperlakukan Pasifik "seperti saluran pembuangan".
Kuil Yasukuni di Tokyo yang menghormati 2,5 juta orang Jepang yang tewas dalam perang sejak akhir abad ke-19, termasuk para penjahat perang yang dihukum, juga memiliki museum yang menggambarkan Jepang sebagian besar sebagai korban agresi AS pada Perang Dunia II, dengan sedikit penekanan pada kebrutalan pasukan Kekaisaran Jepang saat menyerbu Asia.
Kunjungan menteri pemerintah ke kuil ini sering kali memicu kemarahan dari Tiongkok, Korea Selatan, dan negara lainnya, meskipun tidak ada perdana menteri yang berkunjung sejak Shinzo Abe pada 2013.
(Shofiy Nabilah)