Pembelaan Macron Soal Kewarganegaraan Prancis CEO Telegram

Presiden Prancis Emmanuel Macron. (EPA Images)

Pembelaan Macron Soal Kewarganegaraan Prancis CEO Telegram

Marcheilla Ariesta • 30 August 2024 08:46

Paris: Miliarder kelahiran Rusia Pavel Durov (39) ditahan oleh otoritas Prancis selama akhir pekan. Ia menghadapi dakwaan atas masalah yang berkaitan dengan konten ilegal yang dimuat di aplikasi perpesanan populer miliknya. 

Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Kamis membela keputusannya untuk memberikan kewarganegaraan Prancis kepada Pavel Durov, yang adalah CEO Telegram.

Durov menerima kewarganegaraan Prancis pada 2021 melalui proses khusus yang diperuntukkan bagi mereka yang dianggap telah memberikan kontribusi khusus bagi Prancis. “Pemberian kewarganegaraan Prancis kepada Durov baik untuk negara kita," kata Macron, dilansir dari Deutsche Welle, Jumat, 30 Agustus 2024.

Ia juga menyebut CEO Snapchat Evan Spiegel, yang seperti Durov memperoleh kewarganegaraan Prancis melalui proses untuk 'orang asing yang berjasa.'

Macron, mengatakan ia sepenuhnya mendukung keputusan kewarganegaraan tersebut, seraya menambahkan bahwa itu adalah strategi yang menyangkut mereka yang berusaha keras mempelajari bahasa Prancis dan yang bersinar di dunia.

Apa kasus Durov?

Durov ditangkap di bandara Paris pada Sabtu atas surat perintah yang terkait dengan kurangnya moderasi konten Telegram dan dugaan aktivitas kriminal di platform tersebut.

Banyak pertanyaan telah diajukan tentang waktu dan keadaan penahanan Durov.

Pendukung Durov, yang melihatnya sebagai pejuang kebebasan berbicara, mengecam penangkapan tersebut.

Namun, para kritikus mengatakan, ia membiarkan aplikasi perpesanan populernya berubah menjadi sarang penjahat dunia maya.

Pengacara Durov, David-Olivier Kaminski, mengatakan "tidak masuk akal" untuk mengatakan bahwa Durov dapat terlibat dalam kejahatan apa pun yang dilakukan di aplikasi tersebut. "Telegram mematuhi semua aturan Eropa terkait teknologi digital," ucap Kaminski.

Durov diberikan pembebasan bersyarat pada hari Rabu dengan jaminan sebesar 5 juta Euro (setara Rp85,6 miliar). Ia juga dilarang meninggalkan Prancis dan diperintahkan untuk melapor ke kantor polisi dua kali seminggu sambil menunggu penyelidikan lebih lanjut.

Macron mengatakan, tidak mengetahui bahwa Durov akan datang ke Prancis, setelah media lokal mengutip Durov yang mengatakan kepada polisi saat penangkapan bahwa ia berencana untuk bertemu dengan presiden Prancis.

“Saya sama sekali tidak mengetahui kedatangan Durov di Prancis,” kata Macron. 

“Tidak benar bahwa saya menawarkan undangan apa pun kepadanya,” sambungnya.

Menurut Macron, penangkapannya merupakan tindakan independen dari keadilan Prancis.

Baca juga: Pendiri Telegram Harus Bayar Rp85 Miliar Jika Mau Bebas dari Tahanan Prancis

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Marcheilla A)