Jepang. Foto: Unsplash.
Tokyo: Presiden Rengo, Organisasi buruh terbesar di Jepang, Tomoko Yoshino, akan menuntut kenaikan upah sebesar lima persen atau lebih.
"Penting bagi upah untuk mempertahankan pertumbuhan. Dengan pemikiran tersebut, kami memutuskan untuk menargetkan lebih dari 5 persen," kata Yoshino kepada wartawan dikutip dari Channel News Asia, Kamis, 19 Oktober 2023.
Dia menambahkan bahwa hal tersebut yang mendorong gelombang kenaikan upah walaupun perekonomian dunia sedang penuh tantangan.
“Memang benar, ketidakpastian masih tinggi,” kata dia.
Dia mengutip perkembangan seperti konflik di Timur Tengah dan penderitaan banyak perusahaan kecil yang kesulitan memenuhi kebutuhan hidup. Namun, Rengo akan menyelesaikan pendiriannya terhadap negosiasi upah tahun depan pada bulan Desember.
Masalah Jepang
Para pembuat kebijakan mengatakan kenaikan upah adalah masalah besar di Jepang karena negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia ini berupaya mengakhiri deflasi dan mempertahankan inflasi sebesar 2 persen dengan cara yang stabil.
Upah di Jepang mengalami stagnasi selama beberapa dekade hingga tahun lalu, ketika kenaikan harga bahan mentah mendorong inflasi dan menambah tekanan pada perusahaan untuk memberi kompensasi kepada karyawan dengan gaji yang lebih tinggi.
Perusahaan-perusahaan besar sepakat untuk menaikkan gaji rata-rata sebesar 3,58 persen tahun ini, kenaikan tertinggi dalam tiga dekade.
Diskusi kenaikan gaji
Rengo memulai perdebatan mengenai kenaikan gaji untuk tahun mendatang dan menetapkan perkiraan permintaan upah pada akhir tahun. Rengo melakukan ini sebelum bernegosiasi dengan manajemen awal tahun depan supaya perusahaan-perusahaan besar dapat menawarkan kenaikan gaji sekitar pertengahan Maret.
“Ini tidak berarti kenaikan upah akan berakhir pada tahun 2024. Yang penting adalah terus menaikkan upah secara stabil dan berkelanjutan,” tambah Yoshino.