Pertemuan KTT Asia Timur (EAS) di Malaysia. Foto: Kemenlu RI
Fajar Nugraha • 11 July 2025 17:55
Kuala Lumpur: Menteri Luar Negeri RI Sugiono menyerukan pentingnya East Asia Summit (EAS) menjadi suara moral dalam merespons krisis global yang kian kompleks. Hal tersebut ditegaskan Menlu Sugiono dalam Pertemuan Tingkat Menteri EAS ke-15 di Kuala Lumpur, Malaysia.
Menlu Sugiono menegaskan bahwa kekuatan EAS bukan hanya terletak pada posisinya sebagai forum strategis pemimpin kawasan dan negara mitra, namun juga keberaniannya menjadi kompas etik di kawasan dan dunia.
“Ketika dunia semakin terpolarisasi dan konflik terbuka dinormalisasi, EAS harus berdiri sebagai suara moral kawasan, demi kemanusiaan dan keadilan global,” tegas Menlu Sugiono, dalam keterangan Kementerian Luar Negeri RI, Jumat 11 Juli 2025.
Menlu Sugiono secara khusus menyoroti tragedi kemanusiaan yang terjadi di Palestina, termasuk serangan Israel yang menewaskan Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Dr. Marwan Al Sultan dan keluarganya.
“Tidak ada justifikasi, tidak ada sama sekali, untuk menargetkan tenaga medis dan fasilitas kemanusiaan. Ini bukan soal keberpihakan, ini soal keberanian untuk membela nilai-nilai universal,” ujar Menlu Sugiono.
Indonesia menggarisbawahi pentingnya penyelesaian damai berdasarkan Solusi Dua Negara dan komitmen terhadap prinsip-prinsip universal seperti kemanusiaan dan keadilan. Lebih lanjut, Menlu Sugiono menegaskan pentingnya menjunjung Piagam PBB, UNCLOS 1982, serta prinsip-prinsip TAC, ZOPFAN, dan Prinsip Bali sebagai dasar tatanan kawasan yang adil dan damai.
Indonesia juga mendorong penguatan kerja sama konkret dalam keamanan maritim, transisi energi, dan integrasi ekonomi yang sejalan dengan ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP). Tahun 2025 menandai dua dekade berdirinya EAS sebagai forum tingkat tinggi di kawasan.
Menlu Sugiono menilai bahwa momen ini bukan sekadar refleksi, melainkan ajakan untuk memperkuat kembali komitmen bersama. Menlu Sugiono menegaskan bahwa kepemimpinan moral adalah satu-satunya jalan untuk mengembalikan harapan dunia akan perdamaian dan keadilan.
“Kita harus perkuat rasa saling percaya (trust) dan terus mendorong kerja sama. EAS harus tumbuh sebagai pilar perdamaian dan kesejahteraan Indo-Pasifik,” tutup Menlu Sugiono.
East Asia Summit Foreign Ministers Meeting (EAS FMM) dihadiri oleh Menteri Luar Negeri dari 18 negara EAS, termasuk AS, Rusia, Tiongkok, Australia, Jepang, Korea Selatan, India, dan Selandia Baru, yang melambangkan nilai strategis EAS dan convening power ASEAN menghimpun negara mitra dalam memajukan perdamaian, stabilitas dan pertumbuhan ekonomi di kawasan.
Pertemuan EAS tahun ini menjadi refleksi strategis bagi negara-negara kawasan untuk terus memajukan tatanan global yang adil dan inklusif.