Kepala IAEA Sebut Energi Nuklir Bukan Masalah Melainkan Perang

Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Mariano Grossi. Foto: Anadolu

Kepala IAEA Sebut Energi Nuklir Bukan Masalah Melainkan Perang

Fajar Nugraha • 30 September 2025 19:14

Warsaw: Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Mariano Grossi, mengatakan pada Senin, 29 September, bahwa energi nuklir mendapatkan kembali relevansinya secara global. Ia menggambarkannya bukan sebagai kebangkitan (renaissance), melainkan sebagai respons praktis terhadap kebutuhan energi.

"Anda tahu, ketika kita mendengar gagasan kebangkitan nuklir, saya justru berbicara tentang kembalinya realisme," ujarnya dalam sebuah konferensi keamanan di Warsawa, seperti dikutip Anadolu, Selasa, 30 September 2025. Ia menekankan peran energi nuklir dalam keamanan dan diversifikasi energi.

"Seratus reaktor tenaga nuklir beroperasi sekarang, hari ini, di Eropa. Di 12 dari 27 negara, energi nuklir saat ini menghasilkan seperempat dari total energi di benua ini dan setengah dari energi nuklir bersih," tambah Grossi. Ia juga merujuk pada komitmen dari negara-negara Eropa.

"Prancis hadir dengan EPR (Reaktor Bertekanan Eropa) baru, Inggris hadir dengan Hinkley Point dan Sizewell. Belgia telah membatalkan penghapusan bertahap, Swiss melakukan hal yang sama, Republik Ceko, dan semua negara lainnya," ujar Grossi.

EPR adalah reaktor air bertekanan (PWR) generasi ketiga yang dirancang untuk meningkatkan teknologi model sebelumnya, menawarkan efisiensi lebih tinggi dengan menggabungkan sistem keselamatan canggih. Sementara itu, di luar Eropa, ia mencatat meningkatnya minat di seluruh dunia. 

"Hampir setiap minggu saya bertemu dengan menteri energi dari negara-negara Afrika, Amerika Latin, bahkan Amerika Tengah, yang sedang menjajaki kemungkinan-kemungkinan baru yang sedang terbuka," kata Grossi. Ia juga menyoroti terobosan dalam pendanaannya.

"Tahun ini kami menandatangani perjanjian dengan Bank Dunia yang mengakhiri kebijakan larangan selama puluhan tahun. Bisakah Anda bayangkan, apa pun yang ada kata nuklir dilarang itu berubah, dan sekarang kami melihat Bank Pembangunan Afrika, Bank Pembangunan Islam, Bank Latin Amerika, Inter Amerika, semuanya ikut bergabung," tambah Grossi seraya menegaskan permintaan industri mendorong ekspansi untuk pertama kalinya.

"Untuk pertama kalinya, apa yang kami lihat adalah permintaan yang digerakkan oleh nuklir, semua perusahaan besar, Microsoft, OpenAI, Google, semuanya menandatangani kontrak yang sangat ambisius dengan vendor nuklir," ujarnya.

Mengenai masalah keamanan, Grossi menolak gagasan, bahwa pembangkit nuklir tidak secara otomatis mudah rusak atau berbahaya, ia menjadi rentan karena faktor luar. 

"Infrastruktur nuklir merupakan target yang sama besarnya dengan yang diputuskan oleh para pembuat keputusan militer. Jadi, masalahnya adalah perang, bukan energi nuklir," tambah Grossi.

Grossi bersikeras, bahwa nuklir dan energi terbarukan harus saling melengkapi. "Kami tidak berpikir itu adalah salah satu atau yang lain. Ini masalah komplementaritas. Kami percaya bahwa nuklir adalah beban dasar. Jadi, kami sangat cocok dengan apa pun yang Anda tempatkan di atas kami," ujar Grossi.

Di Zaporizhzhia, ia mengkonfirmasi, bahwa risikonya tetap serius. "Akhir-akhir ini, saya berurusan dengan kemungkinan kita mengalami kehilangan daya eksternal secara total. Saat ini, sudah lima hari, jadi kami berusaha memastikan bahwa kami tidak memiliki masalah," ujar Grossi, ia juga menyoroti dampak praktis dari kehadiran timnya,

"Masalah yang kami hadapi sekarang tentang pemadaman ke-10, ada sesuatu yang menanganinya, kami tidak bergantung pada satu negara yang memberikan narasi untuk negara lain," tambah Grossi. 

Setelah serangan udara Rusia berskala besar pada Minggu, Pembangkit Listri Tenaga Nuklir Zaporizhzhia di Ukraina telah diputus dari jaringan listrik Ukraina selama lima hari, menyebabkan risiko terhadap keselamatan nuklir dan radiasi. Grossi bersikeras, bahwa keterlibatan dengan kedua belah pihak sangat penting.

"Berdasarkan apa yang disampaikan para ahli independen saya, saya dapat melakukan percakapan yang terinformasi dengan Presiden Federasi Rusia, dengan Presiden Ukraina, dan menyediakan solusi," ujarnya.

Walaupun mendapat kritik akibat keterlibatan dengan Moskow, Grossi bersikeras bahwa dialog itu sangat penting. "Jika saya tidak berbicara dengan orang, dengan siapa saya berbicara? Ini penting. Apa tujuan IAEA jika saya hanya mengeluh bersama Ukraina dan saya tidak memiliki kesempatan untuk mempengaruhi keadaan ke arah yang benar?," tambahnya.

Ukraina mengatakan pada Minggu, bahwa empat orang tewas dan lebih dari 70 terluka dalam serangan udara Rusi skala besar yang sebagian besar menargetkan Kyiv. Sementara itu Gubernur Ivan Fedorov melaporkan, bahwa setidaknya 38 orang terluka di Zaporizhzhia dalam serangan semalam.

(Kelvin Yurcel)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Fajar Nugraha)