Ilustrasi. Foto: Unplash
Eko Nordiansyah • 12 September 2025 08:06
Houston: Harga minyak merosot pada Kamis, 11 September 2025, ditutup sekitar dua persen lebih rendah. Pemicunya karena kekhawatiran atas kemungkinan melemahnya permintaan AS dan kelebihan pasokan yang luas mengimbangi ancaman terhadap produksi dari konflik di Timur Tengah dan perang di Ukraina.
Dikutip dari Investing.com, Jumat, 12 September 2025, minyak mentah berjangka Brent turun USD1,12 atau 1,7 persen menjadi USD66,37 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD1,30 atau 2,0 persen menjadi USD62,37.
Badan Energi Internasional (IEA) menyatakan dalam laporan bulanannya, pasokan minyak dunia akan meningkat lebih cepat dari perkiraan tahun ini karena rencana peningkatan produksi oleh OPEC+, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), dan sekutu seperti Rusia.
"Harga minyak turun hari ini sebagai respons terhadap berita utama IEA yang pesimis, yang menunjukkan kelebihan pasokan besar-besaran di pasar minyak tahun depan," kata analis di Commerzbank Carsten Fritsch.
(Ilustrasi. Foto: Freepik)
OPEC+ sepakat tingkatkan produksi
Pada Minggu, OPEC+ sepakat untuk meningkatkan produksi mulai Oktober. Namun, dalam laporan lain, OPEC mempertahankan proyeksi pasokan dan permintaan non-OPEC untuk tahun ini, dengan alasan permintaan yang stabil.
Pasar terpecah antara persepsi kekurangan pasokan akibat meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dan Ukraina dan kelebihan pasokan aktual akibat peningkatan produksi OPEC+ dan lonjakan stok, kata Tamas Varga, analis di PVM Oil Associates.
Ekspor minyak mentah Arab Saudi, pemimpin OPEC, ke Tiongkok diperkirakan akan melonjak. Perusahaan energi milik negara, Aramco, mengirimkan sekitar 1,65 juta barel per hari pada Oktober, naik tajam dari 1,43 juta barel per hari yang dialokasikan pada September.
Pasar juga mempertanyakan berapa lama Tiongkok dapat terus menyerap barel dan menjaga persediaan Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) tetap rendah, kata Giovanni Staunovo, seorang analis di UBS, seraya menambahkan investor juga mencermati sanksi lebih lanjut yang memengaruhi minyak Rusia.
Di Rusia, produsen minyak mentah terbesar kedua di dunia setelah AS pada 2024, pendapatan dari penjualan minyak mentah dan produk minyak menurun pada Agustus ke salah satu level terendah sejak dimulainya konflik di Ukraina, menurut IEA.
Menteri Energi AS Chris Wright dan Komisaris Eropa untuk Energi dan Perumahan Dan Jorgensen membahas upaya pembatasan perdagangan energi Rusia selama perundingan di Brussels. Jorgensen mengatakan tenggat waktu yang direncanakan Uni Eropa ambisius, tetapi prosesnya perlu dipercepat.
Sementara itu, di India, operator pelabuhan swasta terbesar, Adani Group, telah melarang masuknya kapal tanker yang disanksi oleh negara-negara Barat ke pelabuhannya, menurut tiga sumber dan dokumen yang menunjukkan. Langkah ini dapat memengaruhi pasokan minyak Rusia untuk dua kilang minyak India.