Presiden Amerika Serikat Donald Trump. The New York Times
Washington: Popularitas Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengalami penurunan signifikan sejak kembali menduduki Gedung Putih, menurut sejumlah survei terbaru yang dirilis pada Rabu 23 April 2025. Masyarakat AS menyoroti ketidakpuasan terhadap kebijakan ekonomi dan penanganan isu imigrasi yang selama ini menjadi andalan Trump.
“Sejak awal masa jabatan barunya, Trump menggulirkan berbagai kebijakan agresif, mulai dari tarif dagang berskala besar hingga pengetatan imigrasi,” dikutip dari The Straits Times, Kamis 24 April 2025.
“Ia mengklaim langkah-langkah tersebut sebagai bentuk realisasi mandat kuat dari para pemilih. Namun, angka-angka survei justru menunjukkan tren yang merosot,” imbuh laporan itu.
Penurunan dukungan
Survei dari Economist/YouGov mencatat bahwa hanya 41 persen warga Amerika yang menyatakan dukungan terhadap Trump, turun dari sekitar 50 persen pada Januari. Sementara itu, jajak pendapat Pew Research Centre menunjukkan penurunan lebih lanjut dari 47 persen pada Februari menjadi 40 persen di bulan ini. Sebagai perbandingan, pada periode yang sama di tahun 2021, pendahulunya Joe Biden mencatat tingkat persetujuan publik sebesar 59 persen.
Data Gallup menegaskan bahwa rata-rata tingkat persetujuan terhadap Trump selama tiga bulan pertama masa jabatannya ini yakni 45 persen menjadi yang terendah di antara semua presiden terpilih AS pasca-Perang Dunia II.
Di bidang ekonomi, yang selama ini menjadi kekuatan utama Trump, dukungan publik ikut tergerus. Kebijakan tarif besar-besaran yang diterapkannya bulan ini mengguncang pasar global, dan kini 54 persen warga AS menilai kondisi ekonomi negara memburuk, meningkat dari 37 persen pada Januari.
Masalah biaya hidup juga mempengaruhi persepsi publik. Dalam survei Reuters/Ipsos, hanya 31 persen responden yang menyetujui kinerja Trump dalam mengendalikan inflasi, isu utama dalam pemilu November lalu, di mana ia berjanji akan menurunkan harga secara cepat setelah menjabat.
Isu imigrasi yang selama ini menjadi pilar kekuatan politik Trump juga menunjukkan tren serupa. Dukungan terhadap kebijakannya dalam hal ini menurun menjadi 45 persen, dari sebelumnya 50 persen dua pekan lalu menurut Economist/YouGov. Strategi deportasi garis keras yang dijalankannya telah menimbulkan sengketa hukum dengan berbagai pengadilan.
Selain itu, survei Pew menemukan penurunan tajam dalam dukungan dari kelompok pemilih Hispanik, yang semula berkontribusi terhadap kemenangannya. Dukungan dari kelompok ini turun dari 36 persen di awal Februari menjadi 27 persen saat ini.
(Muhammad Reyhansyah)