Ilustrasi. Foto: Medcom
Despian Nurhidayat • 15 February 2025 16:30
Jakarta: Penyakit demam berdarah dengue (DBD) telah menjadi ancaman bagi masyarakat dunia. Indonesia juga menjadi salah satu negara yang berisiko menghadapi ancaman demam berdarah.
Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht mengatakan bahwa kasus demam berdarah tidak hanya menyerang satu kali. Maka, dibutuhkan kesadaran masyarakat melawan DBD.
“Anak-anak sekolah jadi paling terdampak. Setiap kasus jadi pengingat untuk kita berbuat lebih banyak. Kita harus lawan DBD dan bersama kita bisa. Kami mendorong masyarakat meningkatkan peran aktif dalam pencegahan DBD. Harus dilakukan dari sekarang,” kata Andreas saat dikutip dari Media Indonesia, Sabtu, 15 Februari 2025.
Menurut dia, terdapat tiga tindakan yang diperlukan untuk mencegah demam berdarah. Di antaranya, edukasi terhadap diri sendiri dan orang lain, mengontrol nyamuk dengan 3M (menguras, menutup dan mendaur ulang), dan vaksin.
Sementara itu, Direktur Penyakit Menular
Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Ina Agustina Isturini menambahkan, demam berdarah atau dengue masih menjadi beban penyakit yang cukup tinggi di dunia. Termasuk Indonesia.
Dari data WHO, terdapat 3,9 miliar orang berisiko terkena DBD. Mayoritas penderita ada di Afrika, Asia dan Amerika Latin.
“Ada 247 ribu kasus DBD pada 2024 dan 1.400 kematian di Indonesia. Untuk 2025, data terbaru 3 Februari 2025 ada 6 ribu kasus dan 28 kematian," kata Ina.
Dia menyampaikan berbagai faktor menjadi penyebab meningkatnya kasus DBD. Salah satunya perubahan iklim yang menyebabkan peningkatan suhu.
"Ini membuat frekuensi nyamuk untuk menggigit. Jadi suhu 18 derajat nyamuk menghisap darah 5 kali sehari. Tapi 30 derajat nyamuk menghisap darah 5 hari sekali,” kata Ina.
Selain itu, pengetahuan masyarakat terkait DBD masih kurang. Di sisi lain, masyarakat masih menganggap gerakan 3M hanya tanggung jawab petugas saja.
"Padahal ini tanggung jawab semua,” ujar dia..
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Ani Ruspitawati mengatakan, Jakarta menjadi daerah endemis demam berdarah sampai hari ini. Untuk itu, dibutuhkan komitmen semua pihak untuk sama-sama berkomitmen untuk mengendalikan demam berdarah.
“Paling penting kita jaga lingkungan untuk kendalikan pengembakbiakkan nyamuk. Sudah ada 1 angka kematian DBD di Jakarta dan ini harus menjadi PR bersama. Salah satu upaya adalah vaksinasi. Ini jadi alternatif bagi pemerintah daerah dan pemerintah pusat untuk mengendalikannya. Kami punya piloting vaksinasi DBD tapi semoga ini dapat diaplikasikan ke seluruh daerah Indonesia,” kata Ani.