Kelompok Kesenian Angklung Indonesia tampil memukau di markas FAO di Roma, Italia, 1 Juli 2025. (KBRI Roma)
Willy Haryono • 5 July 2025 20:01
Roma: Kelompok Kesenian Angklung Indonesia tampil memukau dalam acara bertajuk “Celebrating Forests and Culture, Youth and Music – Forest Harmonies” yang diselenggarakan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) di Markas Besar FAO, Roma, Italia pada 1 Juli 2025. Acara ini menjadi bagian dari rangkaian peringatan 80 tahun FAO.
Kelompok angklung yang tampil merupakan binaan KBRI Roma, dengan mayoritas anggota berasal dari Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Italia dan pegawai muda KBRI Roma.
Berdasarkan keterangan tertulis KBRI Roma yang diterima Metrotvnews.com, Sabtu, 5 Juli 2025, Indonesia menjadi satu-satunya perwakilan diplomatik yang diundang secara khusus untuk menyumbangkan pertunjukan budaya dalam forum tersebut.
Acara dibuka oleh Direktur Jenderal FAO, Dr. Qu Dongyu, dan menyoroti hubungan antara hutan, budaya, serta peran pemuda dalam pelestarian lingkungan. Sekitar 200 tamu hadir, terdiri dari kalangan diplomatik, pejabat FAO, aktivis lingkungan, komunitas seni, serta masyarakat umum.
Penampilan angklung Indonesia berhasil mencuri perhatian. Di antara pertunjukan musik klasik dari negara lain yang menggunakan violin dan cello, alunan bambu angklung menghadirkan nuansa berbeda yang menghidupkan suasana.
Lagu-lagu tradisional seperti Apuse dan Bolelebo dibawakan dengan harmonis, disusul lagu internasional Que Sera Sera yang mengundang penonton ikut bernyanyi dan menari. Sebagai kejutan, kelompok ini juga membawakan lagu klasik Italia O Sole Mio dalam sesi resepsi, yang langsung disambut hangat dan meriah.
Tak sekadar hiburan, penampilan ini membawa pesan simbolis diplomasi budaya Indonesia. Angklung tidak hanya menjadi alat musik, tetapi juga simbol harmoni, gotong royong, dan pelestarian alam. Bahan bakunya dari bambu yang dapat diperbarui menjadikan angklung sebagai perwujudan prinsip keberlanjutan.
Dua anggota tim angklung sempat diwawancarai oleh media FAO, dan menyampaikan pentingnya pelestarian angklung sebagai warisan budaya tak benda Indonesia yang diakui UNESCO sejak 2010.
Baca juga: Tim Nawasena dari Jakarta Raih Absolute Winner di World Cup of Folklore 2025