Jennifer Geerlings-Simons Terpilih Jadi Presiden Perempuan Pertama Suriname

Jennifer Geerlings-Simons menjadi presiden perempuan pertama di Suriname. (Suriname Herald)

Jennifer Geerlings-Simons Terpilih Jadi Presiden Perempuan Pertama Suriname

Willy Haryono • 7 July 2025 11:38

Paramaribo: Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Suriname memilih seorang perempuan sebagai presiden. Jennifer Geerlings-Simons resmi ditetapkan sebagai kepala negara pada Minggu, 6 Juli 2025, setelah unggul dalam pemilihan legislatif Mei lalu dan mengantongi dukungan mayoritas di parlemen.

Geerlings-Simons menjadi satu-satunya kandidat setelah kubu oposisi memutuskan tidak mengajukan calon pada detik-detik terakhir. Partainya, National Democratic Party (NDP), memenangkan 18 dari 51 kursi di Majelis Nasional dan membentuk koalisi dengan lima partai lain, mengamankan 34 kursi atau dua pertiga mayoritas yang dibutuhkan untuk memenangkan kursi kepresidenan.

Melansir dari France 24, Senin, 7 Juli 2025, NDP didirikan oleh Desi Bouterse, tokoh kontroversial yang sebelumnya memimpin kudeta militer dan sempat menjadi presiden terpilih. Ia meninggal secara misterius saat dalam pelarian pada Desember 2024. Di bawah Bouterse, Suriname dikenal sebagai narco-state dan ia sempat divonis bersalah atas penyelundupan narkoba oleh pengadilan Belanda.

Presiden sebelumnya, Chan Santokhi dari Partai VHP, gagal membentuk koalisi untuk mempertahankan kekuasaan dan memilih untuk tidak mencalonkan presiden alternatif, membuka jalan bagi Geerlings-Simons.

Dalam pidato singkatnya di hadapan parlemen, Geerlings-Simons menyatakan kesiapan menerima amanah dan menyadari simbolisme dari pengangkatannya.

"Saya sadar sepenuhnya bahwa tanggung jawab yang saya emban ini semakin besar karena saya adalah perempuan pertama yang menjabat sebagai presiden," ujar Simons, yang akan dilantik pada 16 Juli mendatang.

Pemanfaatan Kekayaan Alam

Geerlings-Simons menyatakan komitmennya untuk mendistribusikan kekayaan negara kepada seluruh rakyat, dengan fokus pada generasi muda dan kelompok masyarakat yang selama ini terpinggirkan.

Suriname, negara kecil berpenduduk 600.000 jiwa di pesisir utara Amerika Selatan, tengah dilanda krisis ekonomi yang diperparah oleh ketergantungan terhadap impor dan utang luar negeri. Sekitar 20 persen penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan.

Namun, harapan muncul dari sektor energi. Cadangan minyak lepas pantai yang ditemukan baru-baru ini diperkirakan akan mulai dieksploitasi pada 2028, dan berpotensi memberikan pendapatan besar bagi negara.

Simons selama masa kampanye menyatakan bahwa rakyat harus menjadi pihak pertama yang merasakan manfaat dari booming minyak tersebut.

"Kita harus membuat undang-undang yang mengharuskan perusahaan bekerja sama dengan masyarakat Suriname dan membeli produk lokal," tegasnya saat berkampanye.

Tahun ini, Suriname juga akan merayakan 50 tahun kemerdekaannya dari Belanda. Negara yang memiliki keberagaman etnis keturunan India, Indonesia, Tionghoa, Belanda, kelompok adat dan keturunan Afrika ini, dalam beberapa tahun terakhir mulai mempererat hubungan dagang dan politik dengan Tiongkok.

Suriname menjadi salah satu negara pertama di Amerika Latin yang bergabung dengan inisiatif Belt and Road Tiongkok pada 2019, menandai pergeseran orientasi kebijakan luar negeri dari Barat ke Timur.

Geerlings-Simons, sebagai pemimpin perempuan pertama, akan menghadapi tantangan besar dalam memimpin negara pascakrisis dan mengarahkan potensi kekayaan sumber daya menuju pemerataan ekonomi nasional. (Muhammad Reyhansyah)

Baca juga:  Ratusan Warga Suriname Demo Tolak Pencabutan Subsidi BBM & Listrik

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Willy Haryono)