Ilustrasi ekspor-impor. Foto: Medcom.id
Media Indonesia • 14 July 2023 15:56
Jakarta: Neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2023 diperkirakan bakal mengalami surplus USD1,33 miliar. Nilai tersebut lebih baik dibanding bulan sebelumnya yang tercatat sebesar USD0,44 miliar.
"Proyeksi kami, Indonesia akan mencatat surplus perdagangan sebesar USD1,33 miliar pada Juni 2023. Ini merupakan peningkatan dari surplus USD0,44 miliar yang diamati pada Mei 2023, meskipun tetap di bawah tren yang ditetapkan dalam dua tahun terakhir," ujar Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman, dilansir Media Indonesia, Jumat, 14 Juli 2023.
Kendati nilai surplus dagang itu naik, kinerja ekspor diperkirakan akan mencatatkan pertumbuhan negatif 22,36 persen secara tahunan (year on year/yoy). Sedangkan kinerja impor diproyeksikan tumbuh negatif 9,67 persen (yoy).
Faisal mengatakan, penurunan aktivitas perdagangan tersebut disebabkan oleh tingginya base effect pada Mei 2023 yang dipengaruhi oleh backlog pengiriman setelah libur Lebaran.
"Kami memperkirakan penurunan ekspor dan impor seiring meredanya aktivitas perdagangan global, sejalan dengan melemahnya permintaan global," tuturnya.
Komoditas utama Indonesia, yakni Crude Palm Oil (CPO) dan batu bara juga diperkirakan bakal kembali mengalami penurunan harga. Itu sejalan dengan adanya normalisasi harga-harga pascakrisis.
Faisal menambahkan, kinerja ekspor Indonesia diperkirakan akan terus diiringi dengan penurunan harga-harga komoditas unggulan. Di lain sisi, kinerja impor diyakini akan lebih tinggi didorong oleh ketahanan ekonomi dalam negeri yang cukup baik.
Dengan asumsi itu, neraca transaksi berjalan Indonesia (current account balance) Indonesia di 2023 diperkirakan bakal mengalami defisit yang terkendali.
"Secara keseluruhan, kami memperkirakan CA 2023 mencatat defisit yang lebih kecil, -0,65 persen dari PDB dibanding surplus 0,99 persen surplus dari PDB pada 2022," jelasnya.
(M. Ilham Ramadhan Avisena)