Banjir Hancurkan 1,1 Juta Ton Beras di Bangladesh

Padi di Bangladesh rusak akibat bencana banjir. Foto: EFE-EPA

Banjir Hancurkan 1,1 Juta Ton Beras di Bangladesh

Fajar Nugraha • 21 October 2024 09:32

Dhaka: Banjir di Bangladesh diperkirakan telah menghancurkan 1,1 juta ton beras, menurut data dari Kementerian Pertanian. Kondisi ini mendorong negara itu untuk meningkatkan impor biji-bijian pokok di tengah melonjaknya harga pangan.

Banjir yang disebabkan oleh hujan monsun lebat dan limpasan hulu yang deras melanda negara itu dalam dua gelombang besar pada Agustus dan Oktober, menewaskan sedikitnya 75 orang dan memengaruhi jutaan orang. Ini terutama di wilayah timur dan utara tempat kerusakan tanaman paling parah.

“Kementerian Pertanian mengatakan, banjir tahun ini telah mengakibatkan hilangnya produksi beras secara substansial. Sebagai tanggapan, pemerintah bergerak cepat untuk mengimpor 500.000 ton beras dan diharapkan segera mengizinkan impor sektor swasta,” kata seorang pejabat Kementerian Pangan Bangladesh, seperti dikutip Asia One, Senin 21 Oktober 2024.

Pemerintah sementara, yang mengambil alih kekuasaan pada bulan Agustus setelah protes mematikan yang memaksa mantan perdana menteri Sheikh Hasina melarikan diri ke India, telah berjuang untuk menstabilkan harga pangan yang telah melonjak hampir 20 persen dalam beberapa bulan terakhir.

Peningkatan impor oleh Bangladesh dapat meningkatkan pengiriman dari negara tetangga India, eksportir beras global teratas, yang bulan lalu memangkas bea ekspor beras setengah matang menjadi 10 persen.

Banjir juga berdampak parah pada produk pertanian lainnya, termasuk lebih dari 200.000 ton sayuran. Total kerugian pertanian nasional akibat banjir diperkirakan sekitar 45 miliar taka atau sekitar Rp5,8 triliun.

Bangladesh, produsen beras terbesar ketiga di dunia, biasanya menghasilkan hampir 40 juta ton beras setahun untuk memberi makan penduduknya yang berjumlah 170 juta jiwa. Namun, bencana alam sering kali mengganggu produksi dan menyebabkan peningkatan ketergantungan pada impor.

Banjir tahun ini telah menggarisbawahi kerentanan Bangladesh terhadap perubahan iklim. Analisis Institut Bank Dunia tahun 2015 memperkirakan 3,5 juta orang di Bangladesh berisiko mengalami banjir sungai tahunan, risiko yang menurut para ilmuwan semakin memburuk karena perubahan iklim global.

"Untuk memastikan ketahanan pangan dalam menghadapi tantangan iklim yang semakin meningkat, penting untuk mengembangkan lebih banyak varietas tanaman yang tahan banjir dan kekeringan, bersama dengan varietas berumur pendek," kata Dr. Khandakar Mohammad Iftekharuddaula, kepala staf ilmiah di Institut Penelitian Padi Bangladesh.

Ia mengatakan investasi dalam penelitian pertanian sangat penting untuk mengembangkan tanaman yang tangguh ini.

"Dengan berfokus pada sifat tahan banjir dan kekeringan, kita dapat membantu petani beradaptasi dengan perubahan pola cuaca dan menstabilkan hasil panen bahkan dalam kondisi yang sulit,” pungkas Iftekharuddaula.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)