Partai Sayap Kanan Optimistis Menang di Pemilu Parlemen Prancis

Partai sayap kanan pimpinan Marine Le Pen kini semakin dekat menuju kekuasaan di Prancis. (EPA)

Partai Sayap Kanan Optimistis Menang di Pemilu Parlemen Prancis

Willy Haryono • 30 June 2024 15:36

Paris: Warga Prancis memberikan suara mereka dalam pemilihan umum parlemen pada Minggu, 30 Juni 2024. Pemilu ini dapat menghadirkan pemerintahan sayap kanan pertama di Prancis sejak Perang Dunia II, yang akan menjadi sebuah perubahan besar di jantung Uni Eropa.

Presiden Emmanuel Macron mengejutkan seantero Prancis ketika mengumumkan pemilu dadakan, setelah aliansi sentrisnya kalah dalam pemilu Eropa dari National Rally (RN) milik tokoh oposisi Marine Le Pen.

Partai euroskeptis dan anti-imigran Le Pen telah lama menjadi paria, tetapi sekarang lebih dekat ke kekuasaan daripada sebelumnya.

Mengutip dari AsiaOne, tempat pemungutan suara dibuka pada pukul 08.00 pagi waktu setempat dan ditutup pukul 18.00 di kota-kota kecil, dan 20.00 di beberapa kota besar. Pemilu hari ini adalah putaran pertama, dan yang kedua dijadwalkan berlangsung sepekan ke depan.

Sistem pemilihan umum di Prancis dapat mempersulit perkiraan distribusi kursi di Majelis Nasional yang beranggotakan 577 orang. Hasil akhir pemilu parlemen Prancis belum akan diketahui hingga akhir pemungutan suara pada 7 Juli mendatang.

"Kami akan memenangkan mayoritas absolut," kata Le Pen dalam sebuah wawancara surat kabar pada Rabu lalu. Ia memprediksi bahwa anak didiknya, Jordan Bardella yang berusia 28 tahun, akan menjadi seorang perdana menteri. Partai Le Pen memiliki program ekonomi dengan pengeluaran tinggi dan berencana mengurangi jumlah imigran.

Jika RN benar-benar meraih mayoritas absolut, maka diplomasi Prancis dapat menuju periode turbulensi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Macron akan tetap berkuasa hingga 2027, sementara Bardella yang berada di haluan kanan akan berada di posisi perdana menteri.

Prancis telah mengalami tiga periode "hidup bersama" - ketika presiden dan pemerintah berasal dari kubu politik berbeda - dalam sejarah pascaperangnya. Tetapi selama ini belum ada presiden dan perdana menteri yang memiliki pandangan yang sangat berbeda di puncak pemerintahan Prancis.

Bardella telah mengindikasikan bahwa ia akan menantang Macron dalam isu-isu global. Prancis dapat berubah dari pilar Uni Eropa menjadi duri dalam dagingnya, menuntut potongan kontribusi Prancis terhadap anggaran UE, berselisih dengan Brussels mengenai pekerjaan di Komisi Eropa, dan membatalkan seruan Macron untuk persatuan UE yang lebih besar dan ketegasan dalam pertahanan.

Kemenangan RN juga akan membawa ketidakpastian mengenai posisi Prancis dalam perang Rusia-Ukraina. Le Pen memiliki sejarah sentimen pro-Rusia. Walau RN mengaku akan membantu Ukraina mempertahankan diri dari Rusia, partai tersebut juga telah menetapkan "garis merah," salah satunya menolak menyediakan rudal jarak jauh untuk Kyiv.

Baca juga:  Jelang Pemilu Prancis, Macron Peringatkan Risiko 'Perang Saudara'

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)