Pertumbuhan Ekonomi RI Diprediksi Tumbuh 5,15% pada 2025

Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Pertumbuhan Ekonomi RI Diprediksi Tumbuh 5,15% pada 2025

Achmad Firdaus • 4 December 2024 11:34

Jakarta: Permata Bank melalui Permata Institute for Economic Research (PIER) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,15 persen pada 2025.

Hal tersebut tertuang dalam laporan Economic Outlook 2025 bertajuk "Economic Forces at Play: Balancing Domestic Drivers and Global Uncertainty", Selasa, 3 Desember 2024.

Adapun dalam proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia ini, konsumsi rumah tangga dan investasi diperkirakan masih menjadi pendorong utama perekonomian.
 

Waspada risiko eksternal


Di sisi lain, risiko eksternal seperti kebijakan proteksionis Amerika Serikat (AS), perlambatan permintaan global, dan volatilitas harga komoditas menjadi tantangan yang perlu dikelola.

"Proyeksi optimistis ini memberikan dasar kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, memaksimalkan potensi konsumsi rumah tangga, memperkuat diversifikasi ekspor, serta menarik investasi asing langsung," ungkap Chief Economist Permata Bank Josua Pardede.


Chief Economist Permata Bank Josua Pardede. Foto: Eko Nordiansyah/Medcom.id

 
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi 8% Bukan Pekerjaan Mudah, Perlu Pemerintahan yang Smart


Oleh karena itu, kata dia, dukungan kebijakan fiskal dan moneter yang sinergis dibutuhkan agar mampu menjaga stabilitas ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global.

"Kami percaya, memanfaatkan potensi domestik yang dimiliki Indonesia menjadi kunci dalam mengatasi tantangan perekonomian akibat dinamika ekonomi global," tambah Josua.
 

Dinamika ekonomi Indonesia


Adapun di tingkat domestik, inflasi Indonesia diproyeksikan masih berada dalam target Bank Indonesia (BI) di 3,12 persen. Meskipun, kenaikan tarif PPN dan cukai menjadi 12 persen pada plastik, rokok, serta minuman manis akan memberikan tekanan terhadap inflasi.

Nilai tukar rupiah juga diperkirakan menguat di rentang Rp15.200-Rp15.700 per USD, hal ini didukung oleh aliran investasi langsung dan portofolio yang masuk.

Selain itu, imbal hasil obligasi diproyeksikan menurun karena kebijakan suku bunga yang lebih rendah dari Bank Indonesia dan The Fed.

Menurut Josua, investasi di Indonesia diprediksi akan terus bertumbuh, didukung oleh penurunan biaya pinjaman dan kebijakan fiskal yang mendukung pertumbuhan UMKM.

"Meskipun terdapat risiko eksternal seperti tarif perdagangan baru AS dan penguatan inflasi global, Indonesia tetap memiliki prospek pertumbuhan yang positif. Hal ini diperkuat dengan inisiatif diversifikasi ekspor untuk mengurangi ketergantungan pada komoditas tertentu dan memperkuat daya saing global," kata Josua.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Ade Hapsari Lestarini)