Di Tengah Bencana, BLT Kesra Tetap Sapa Warga: Penyaluran di Kantorpos Jatinegara Gambarkan Komitmen Pemerintah

Menteri Sosial Saifullah Yusuf meninjau langsung proses penyaluran BLT Kesra bersama Plt Direktur Utama PosIND Haris di Kantorpos Jatinegara, Jakarta (Foto:Dok.PosIND)

Di Tengah Bencana, BLT Kesra Tetap Sapa Warga: Penyaluran di Kantorpos Jatinegara Gambarkan Komitmen Pemerintah

Patrick Pinaria • 11 December 2025 12:46

Jakarta: Suasana Kantorpos Jatinegara, Jakarta Timur, sejak pagi itu berbeda dari hari biasanya. Antrean warga berjalan lebih pelan, sebagian masih membawa kertas undangan, dan beberapa di antaranya tampak lega ketika petugas memanggil nomor mereka. Sejak pintu layanan dibuka, meja verifikasi dokumen langsung terisi. Para petugas PosIND menata antrean. Sementara, yang lain membantu warga lanjut usia yang datang ditemani anaknya.

Hari ini, Menteri Sosial Republik Indonesia, Saifullah Yusuf, meninjau langsung proses penyaluran Bantuan Langsung Tunai Sementara Kesejahteraan Rakyat (BLT Kesra) bersama Plt Direktur Utama PosIND, Haris. Sepekan sebelumnya, penyaluran serupa dilakukan di Kantorpos KCU Premier bersama Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Sekjen Kemensos Robben Rico, dan jajaran PosIND. Jika pekan lalu penyelenggaraan menggambarkan kesiapan sistem, maka hari ini menjadi gambaran bagaimana sistem itu bekerja di tengah situasi ekstrem: Indonesia sedang menghadapi bencana banjir, longsor, dan gempa yang berdampak luas, terutama di wilayah Sumatera.

“Pertama-tama soal penyaluran ini adalah soal data. Data yang sudah terverifikasi itu kami serahkan ke Pos untuk disalurkan. Dan untuk daerah bencana, penyaluran tetap dilakukan sambil melihat situasi di lapangan,” ujar Mensos Saifullah Yusuf.



Bencana membuat penyaluran tidak sesederhana jadwal rutin. Jalan tertutup longsor, listrik padam, jaringan telekomunikasi belum pulih, dan terdapat warga yang kehilangan kartu identitas ataupun surat pemberitahuan. Kemensos, bersama BPBD, BNPB, TNI, dan Polri, kini fokus menangani kebutuhan mendesak warga terdampak, mulai dari makanan siap saji, obat-obatan, perlindungan tempat tinggal hingga logistik dasar lainnya.

“Di lapangan kita punya dapur umum, dan itu memproduksi hingga 400 ribu porsi setiap harinya. Setelah fase penyelamatan ini, kami akan masuk tahap assessment dan memetakan kebutuhan warga secara jangka panjang pasca bencana,” kata Mensos.
 

 

Ketika BLT Kesra Jadi Nafas Tambahan di Rumah Tangga Warga Jakarta


Para penerima manfaat yang hadir di Kantorpos Jatinegara hari ini datang dengan berbagai cerita. Dewi, warga Tebet yang sejak pagi menunggu antrean, mengaku lega saat namanya dipanggil.

“Prosesnya cukup mudah dan tidak lama. Alhamdulillah senang karena untuk tambahan sehari-hari, apalagi saya sedang tidak bekerja,” kata Dewi.

Ia berharap bantuan seperti BLT Kesra diperluas karena masih banyak tetangganya yang belum menerima. “Semoga semakin diperluas biar bisa membantu masyarakat sekitar.”

Senada dengan Dewi, Rudi Ramli yang mendapatkan informasi dari RT dan langsung menerima undangan. “Senang buat nyambung keperluan,” ujarnya singkat. Kebutuhan rumah tangga dan modal kecil untuk usaha menjadi tujuan utamanya. “Semoga lancar terus dan nambah lagi bantuannya,” katanya.

Sementara KPM lain, Susanti datang menggendong bayinya sambil membawa undangan. “Tahu bantuannya dari RT, dan dapat undangan untuk ambil bantuannya di Kantorpos. Uangnya dipakai buat kebutuhan sehari-hari dan tambahan modal usaha,” ujarnya.

Saat ditemui, Susanti bercerita bahwa ia mengelola warung nasi kecil di depan rumah. Bantuan Rp900.000 menjadi stok pertama menjelang liburan akhir tahun. “Terima kasih sudah banyak membantu warga yang kurang mampu, semoga (bansos) terus berlanjut,” katanya.

Ketiga kesaksian ini mencerminkan fungsi fundamental BLT Kesra: bukan hanya bantalan finansial sementara, tapi penggerak ekonomi rumah tangga kecil.


 

Komitmen Pemerintah & Tantangan Akhir Tahun: Mengejar Rehab dan Bantuan yang Tuntas


Bantuan BLT Kesra bukan sekadar program sosial, tetapi bagian dari upaya menjaga stabilitas ekonomi dan sosial menjelang akhir tahun. Pemerintah menyiapkan anggaran sekitar Rp31 triliun untuk 35 juta keluarga penerima manfaat.

Hingga hari ini, realisasi penyaluran telah mencapai sekitar Rp26 triliun. Artinya, terdapat sekitar 15 hingga 20 persen sisa bantuan yang harus segera disalurkan. Pemerintah menargetkan seluruh bansos selesai disalurkan sebelum pertengahan Desember 2025.

Mensos dan PosIND bahkan membuka ruang verifikasi ulang data melalui DTSEN, untuk memastikan tidak ada keluarga miskin atau rentan yang terlewat, sekaligus menjaga akuntabilitas publik.

Di tengah upaya distribusi massal ini, komitmen juga muncul terhadap respons cepat ketika terjadi bencana. PosIND, dengan skema “jemput bola”, siap menyalurkan bantuan ke daerah-daerah terdampak, memastikan bahwa dukungan sosial tak berhenti hanya di kota besar, tetapi menjangkau pelosok dan wilayah terdampak.
 

Tantangan Penyaluran di Daerah Bencana dan Respons PosIND di Lapangan


Di balik proses tertib di Jakarta, terdapat perbedaan besar di lapangan, terutama di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan daerah pesisir lainnya. “Saat ini ada sembilan kantor cabang pembantu kami di Aceh Tamiang yang belum bisa beroperasi,” ujar Haris.

Penyebabnya bukan kecil: akses jalan terputus, listrik padam, banyak lokasi terisolasi, dan pusat layanan publik belum berfungsi. Namun PosIND tetap bergerak.

“Kami melakukan tiga pola: pengantaran langsung, pembayaran di kantor pos, dan pembayaran berbasis komunitas,” jelas Haris.



Di beberapa titik, pembayaran bahkan dilakukan melalui koordinasi dengan Kodim, bukan sebagai acara formal, tetapi sebagai bentuk perlindungan psikologis bagi warga.

“Kalau kita datang ke posko pengungsian dan membagikan di sana, ada risiko yang tidak nyaman, karena tidak semua penerima terdata,” kata Haris.

Maka strategi penyaluran harus menjaga dua hal sekaligus: ketertiban sosial dan ketepatan sasaran. Haris menegaskan bahwa petugas PosIND tidak menyerah. “Teman-teman masih terus bergerak mendekati penerima. Kita targetkan dua minggu ke depan bisa rampung,” ujarnya.

Di tengah keterbatasan logistik dan jaringan, PosIND membawa BLTS Kesra sebagai wujud kehadiran negara.
 

Kemensos dan PosIND dalam Satu Langkah


Selain menyalurkan bantuan, Kemensos kini berada pada dua front:

- Penanganan darurat melalui koordinasi lintas lembaga: 39 dapur umum aktif, 400.000 porsi makanan per hari, logistik obat, pakaian, kebutuhan bayi, hingga perlengkapan tidur.

- Validasi ulang penerima terdampak bencana. Kondisi warga terdampak mengubah mekanisme administratif: sebagian kehilangan dokumen kependudukan, kartu undangan, atau tidak dapat kembali ke alamat terdaftar.

Mensos menegaskan, “Nanti akan dilakukan assessment, termasuk bantuan tali asih bagi keluarga korban meninggal, serta dukungan bagi yang luka-luka.” Pendekatan ini memastikan BLT Kesra bukan sekadar nominal yang dicairkan, tetapi menjadi bagian dari jalur pemulihan sosial.


 

BLT Kesra dan Makna Kehadiran Negara


Bagi warga ibu kota yang hadir di Kantorpos Jatinegara, BLT Kesra adalah tambahan daya beli. Namun bagi wilayah bencana, bantuan ini menjadi sesuatu yang lain: ruang untuk bertahan.

Pada skala nasional, BLT Kesra kini telah menyalurkan ke puluhan juta KPM melalui bank penyalur dan PosIND. Pada fase kritis seperti saat ini, PosIND menjadi simpul yang mampu menjangkau mereka yang tidak terhubung dengan rekening bank, serta mereka yang tidak dapat meninggalkan lokasi pengungsian.
 
BLT Kesra secara simultan berjalan paralel dengan dukungan logistik darurat, assessment pasca bencana, penanganan psikologis, dan pemetaan ulang penerima manfaat.

Dan ketika bantuan Rp900.000 diterima warga seperti Dewi, Rudi, dan Susanti, ia bukan hanya menjadi angka transaksi. Ia berubah menjadi kebutuhan alamat: beras, lauk, buku pelajaran, seragam sekolah, bahkan modal untuk membeli minyak goreng dan gas penggorengan. Dengan demikian BLT Kesra menyapa dalam bahasa sehari-hari — bahasa dapur warga.
 

Saat Bantuan Menemukan Warganya


Di tengah sorot kamera dan monitor dashboard penyaluran nasional, ada satu fakta kecil tetapi bermakna: seorang ibu yang berhenti bekerja menemukan bahwa bantuan ini adalah jeda napas. Seorang ayah yang tinggal jauh dari pusat kota merasakan bahwa bantuan ini menyambung sisa bulan. Seorang pemilik warung kecil menambah stok untuk besok pagi.

BLT Kesra bergerak, menemukan warganya, dan mengalir ke ruang-ruang paling sederhana dalam kehidupan. Dan di garis depan, dari Jakarta hingga daerah yang terisolasi banjir dan longsor di Sumatra, PosIND menjadi wajah dari sistem itu hadir, meskipun listrik padam dan kantor belum beroperasi.

Seperti pesan Mensos: “Pemerintah terus bekerja. Tidak semua mudah, tetapi pemulihan bisa dilakukan bertahap.” Dan dalam ritme itulah BLT Kesra melangkah konstan, terukur, hingga seterusnya sampai.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Rosa Anggreati)