Banjir di Asia Tewaskan Lebih dari 1.000 Orang, Militer Dikerahkan Beri Bantuan

Imbas banjir yang terjadi di Thailand. Foto: Bastille Post Global

Banjir di Asia Tewaskan Lebih dari 1.000 Orang, Militer Dikerahkan Beri Bantuan

Fajar Nugraha • 2 December 2025 08:24

Padang: Jumlah korban banjir dan tanah longsor mematikan di beberapa wilayah Asia melampaui 1.000 orang pada Senin 1 Desember 2025. Sementara Sri Lanka dan Indonesia yang paling terdampak mengerahkan personel militer untuk membantu para korban.

Sistem cuaca yang berbeda membawa hujan deras dan berkepanjangan ke seluruh pulau Sri Lanka dan sebagian besar wilayah Sumatra di Indonesia, Thailand bagian selatan, dan Malaysia bagian utara minggu lalu.

Hujan yang tak henti-hentinya membuat penduduk bergelantungan di atap rumah menunggu pertolongan dengan perahu atau helikopter, dan memutus akses bantuan ke seluruh desa.

Setibanya di Sumatra Utara pada Senin, Presiden Prabowo Subianto mengatakan "semoga masa terburuk telah berlalu".

“Prioritas pemerintah saat ini adalah bagaimana segera mengirimkan bantuan yang diperlukan, dengan fokus khusus pada beberapa daerah yang terputus,” tambah Presiden Prabowo.

Prabowo berada di bawah tekanan yang semakin besar untuk mengumumkan keadaan darurat nasional sebagai respons atas banjir dan tanah longsor yang telah menewaskan sedikitnya 502 orang, dengan lebih dari 500 orang masih hilang.

Tidak seperti mitranya dari Sri Lanka, ia juga tidak secara terbuka meminta bantuan internasional.

Jumlah korban tewas ini merupakan yang paling mematikan dalam bencana alam di Indonesia sejak gempa bumi dahsyat tahun 2018 dan tsunami susulannya yang menewaskan lebih dari 2.000 orang di Sulawesi.

Pemerintah telah mengirimkan tiga kapal perang yang membawa bantuan dan dua kapal rumah sakit ke beberapa daerah yang paling parah terkena dampak, di mana banyak jalan masih tidak dapat dilalui.

Di sebuah pusat evakuasi di Aceh Utara, Misbahul Munir yang berusia 28 tahun menceritakan pengalamannya berjalan melewati air yang mencapai lehernya untuk kembali ke orang tuanya.

“Semua yang ada di rumah hancur karena terendam,” ujarnya kepada AFP.

“Saya hanya punya pakaian yang saya kenakan,” ujarnya sambil menangis tersedu-sedu.

Sri Lanka Mencari Bantuan

Sementara itu, di Sri Lanka, pemerintah meminta bantuan internasional dan menggunakan helikopter militer untuk menjangkau masyarakat yang terlantar akibat banjir dan tanah longsor yang dipicu oleh Siklon Ditwah.

Setidaknya 340 orang tewas, kata pejabat Sri Lanka pada hari Senin, dan masih banyak lagi yang hilang.

Banjir di ibu kota Kolombo mencapai puncaknya semalaman, dan dengan berhentinya hujan, ada harapan bahwa air akan mulai surut.

Beberapa toko dan kantor mulai dibuka kembali.

Para pejabat mengatakan tingkat kerusakan di wilayah tengah yang paling parah terkena dampak baru terungkap ketika petugas bantuan membersihkan jalan-jalan yang terhalang oleh pohon tumbang dan tanah longsor.

Di Ma Oya, tepat di utara ibu kota, Hasitha Wijewardena mengatakan ia kesulitan membersihkan sisa-sisa banjir.

“Air telah surut, tetapi rumah-rumah sekarang penuh lumpur,” kata Wijewardena  kepada wartawan setempat, memohon bantuan militer untuk membersihkan.

Presiden Anura Kumara Dissanayake, yang mengumumkan keadaan darurat untuk menangani bencana tersebut, berjanji untuk membangun kembali.

“Kita menghadapi bencana alam terbesar dan paling menantang dalam sejarah kita,” ujarnya dalam pidato kepada rakyat.

“Tentu saja, kita akan membangun bangsa yang lebih baik dari sebelumnya.”

Kerugian dan kerusakan ini merupakan yang terburuk di Sri Lanka sejak tsunami Asia 2004 yang dahsyat, yang menewaskan sekitar 31.000 orang di sana dan menyebabkan lebih dari satu juta orang kehilangan tempat tinggal.


Kemarahan di Thailand

Pada Minggu sore, hujan telah mereda di seluruh Sri Lanka, tetapi daerah dataran rendah di ibu kota terendam banjir dan pihak berwenang bersiap untuk operasi bantuan besar-besaran.

Helikopter militer telah dikerahkan untuk mengangkut penduduk yang terlantar dan mengirimkan makanan, meskipun satu helikopter jatuh di utara Kolombo pada Minggu malam.

Sebagian besar wilayah Asia sedang mengalami musim hujan tahunan, yang sering kali membawa hujan lebat, memicu tanah longsor dan banjir bandang.

Namun, banjir yang melanda Indonesia, Thailand, dan Malaysia juga diperparah oleh badai tropis langka yang mengakibatkan hujan lebat khususnya di Pulau Sumatra.

Perubahan iklim juga telah meningkatkan intensitas badai, dan menghasilkan lebih banyak hujan lebat karena atmosfer yang lebih hangat menahan lebih banyak kelembapan.

Gelombang hujan tersebut menyebabkan banjir yang menewaskan sedikitnya 176 orang di Thailand selatan, kata pihak berwenang pada hari Senin, salah satu insiden banjir paling mematikan di negara itu dalam satu dekade.

Pemerintah telah meluncurkan langkah-langkah bantuan, tetapi kritik publik terhadap respons banjir semakin meningkat, dan dua pejabat daerah telah diskors atas dugaan kegagalan mereka.

Di seberang perbatasan di Malaysia, di mana hujan lebat juga menggenangi sebagian besar wilayah di negara bagian Perlis, dua orang tewas.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Fajar Nugraha)